Sabtu, 23 Oktober 2010

KUPU KUPU

Hai kekasih,

Taukah? Aku menyukai genggaman tanganmu.
Rasanya-...
Sangat menenangkan,

Aku tak akan menyanjungmu lagi sayang,..

Tapi jujur kukatakan, kamu manis sekali.

Bersiaplah saja untuk kupu-kupa yang akan menggodamu,
Kupu-kupu ini sederhana,
Tak punya sayap berwarna terang.

Hitam yang mengotori. Ucapmu pertama kali melihatnya.

Entah apa yang membawamu,
Kamu memungutnya.

Kemudian merawatnya,
Dan membuat sayap kupu-kupu itu berubah secara ajaib menjadi berwarna.

Kupu-kupu itu memandangmu sayang,

Ia berkata,
”aku menyukaimu. Bolehkah aku.....” kupu-kupu memutus pembicaraannya yang belum selesai.

”aku apa?” tanyamu.

”aku menciummu?” tanya kupu-kupu itu.

Kau menertawakannya. Kupu-kupu kecewa. Ia tahu, kau tak akan menciumnya.

Lalu kau menatap matanya. Kupu-kupu mendongak. Memperlihatkan sorot matanya yang jatuh cinta kepadamu.


”aku tak ingin kata-kata..” ucapmu.
”maksudmu? Aku tak mengerti..” kupu-kupu bingung.

Kau memegang dahu kupu-kupu itu dan menariknya maju ke depan wajahmu.

Hanya berjarak lima senti.

”kenapa kau ingin menciumku?” tanyamu.
”aa...aa..ku...”
”aku mencintaimu,” jawab kupu-kupu.

”kalau benar itu yang kau rasa, lakukan apa yang kau inginkan,”katamu.
”sungguh?” tanya kupu-kupu.
Kau mengangguk.
Dan kupu-kupu menciummu.

Taukah? Kupu-kupu itu adalah diriku..
Yang mencintaimu hingga waktu berhenti untukmu dan aku.

Tak akan terganti,
Selamanya begitu.

.Fanisalianti.
Hai kekasih,

Taukah? Aku menyukai genggaman tanganmu.
Rasanya-...
Sangat menenangkan,

Aku tak akan menyanjungmu lagi sayang,..

Tapi jujur kukatakan, kamu manis sekali.

Bersiaplah saja untuk kupu-kupa yang akan menggodamu,
Kupu-kupu ini sederhana,
Tak punya sayap berwarna terang.

Hitam yang mengotori. Ucapmu pertama kali melihatnya.

Entah apa yang membawamu,
Kamu memungutnya.

Kemudian merawatnya,
Dan membuat sayap kupu-kupu itu berubah secara ajaib menjadi berwarna.

Kupu-kupu itu memandangmu sayang,

Ia berkata,
”aku menyukaimu. Bolehkah aku.....” kupu-kupu memutus pembicaraannya yang belum selesai.

”aku apa?” tanyamu.

”aku menciummu?” tanya kupu-kupu itu.

Kau menertawakannya. Kupu-kupu kecewa. Ia tahu, kau tak akan menciumnya.

Lalu kau menatap matanya. Kupu-kupu mendongak. Memperlihatkan sorot matanya yang jatuh cinta kepadamu.


”aku tak ingin kata-kata..” ucapmu.
”maksudmu? Aku tak mengerti..” kupu-kupu bingung.

Kau memegang dahu kupu-kupu itu dan menariknya maju ke depan wajahmu.

Hanya berjarak lima senti.

”kenapa kau ingin menciumku?” tanyamu.
”aa...aa..ku...”
”aku mencintaimu,” jawab kupu-kupu.

”kalau benar itu yang kau rasa, lakukan apa yang kau inginkan,”katamu.
”sungguh?” tanya kupu-kupu.
Kau mengangguk.
Dan kupu-kupu menciummu.

Taukah? Kupu-kupu itu adalah diriku..
Yang mencintaimu hingga waktu berhenti untukmu dan aku.

Tak akan terganti,
Selamanya begitu.

.Fanisalianti.

Kamis, 14 Oktober 2010

UNTUK PEREMPUAN SETAN

“Sekarang semua orang meninggalkan kamu. Mau bilang apa kamu sekarang? Mau nyalahin aku atas perginya mereka? PERCUMA. Semua orang juga sudah tau, gimana buruknya sikap kamu’

14.2.10.
Kamu memiliki sebuah sayap. Lebih indah dari yang ku miliki. Aku heran, kenapa sayap se indah dia mau menemanimu? Apa yang memberatkannya padamu? Kamu cantik? Tidak. Kamu baik? Kurasa juga tidak.

Selanjutnya aku yang bermain-main dengan cintamu. Haha. Aku menyukai sayapmu. Aku mendekatinya. Padahal,, aku juga memiliki sayap. Yang tentu saja mengenal sayap yang kau miliki. Aku mencintai sayapmu. Aku merebutnya darimu untuk pertama kali. Aku salah…. Iya.
Tapi.. sayap yang ku rebut itu, kembali padamu. Dia bilang, dia sangat menyayangimu. Hahaha. Persetan! Sayang? Terserahlah.
Tapi harus ku akui : ternyata sayapmu itu…mngajarkan padaku. Bahwa cinta bukan sekedar penilaian fisik semata.
Aku melepaskannya. Dan aku sama sekali tak pernah mengunjungi sayapmu.

1.4.10
Aku hanya setia pada sayapku. Itu yang kurasakan. Hanya dia yang baik padaku. Sementara kawan-kawanmu yang lain menjauhiku tanpa memberitahu apa alasannya. Kenapa? Apa yang salah? Sudahkah kedokku terbongkar di luar sana. Sudahkah aku di cap sebagai perebut? Entahlah. Jika iya. Mengapa sayap ini masih menemaniku… betulkah ia tak mengerti apa-apa?

2.5.10
Sedikit banyak aku berubah. Haha. Kesendirian tanpa kehadiran kalian yang merubahku. Aku merasa seperti di penjarakan dalam kehidupan tanpa sel. Aku mencoba baik padamu. Berhasil. Akhirnya kau menerima kebaikan itu. Seperti tak ada yang terjadi sebelumnya.

Akhirnya aku mendengar bila sayapmu itu meninggalkanmu untuk perempuan lain. Aku kasihan padamu… dia selingkuh? Iya. Mungkin.
Dia tergoda , itu yang dapat aku simpulkan tanpa aku harus bertanya pada siapapun.

Aku mendekati sayapmu. Datang sebagai teman. Aku tak ingin merebutnya lagi. Aku ingin lebih baik kali ini.
Dan ku tanyakan tanpa menyalahkan tentang mengapa ia meninggalkanmu. Ia bilang : hanya aku yang tidak menyalahkannya.. ketika semua orang menilainya sebagai sayap paling brengsek di dunia.

Alasanku tidak menyalahkan bukan karena aku menyukainya. Namun karena aku tau : bagaimana hati orang yang dinilai kuat, dan selalu saja menjadi tersangka dalam setiap masalah.
Aku memahami. Karena itu yang dilakukan semua orang padaku. Ketika aku di salahkan karena orang yang lebih lemah menangis di sampingku.
Kalian tau? Sesungguhnya yang lebih lemah itu yang menyakiti…

30.5.10
Sayapmu. Dia,. Memutuskann hubungannya denganmu.

Aku masih baik-baik saja dengan sayapku. Hingga akhirnya : sayapku mengatakan. Ia pernah menyukaimu. Dulu. Dan melepasmu hanya karena sayapmu juga menyukaimu.
Apa yang ku rasakan : sakit.
Dan akhirnya aku juga tau. Selama ini Kamu terus dekat dengannya. Dibelakang mataku.
Ketika aku terlelap. Dan ketika aku… tengah disibukkan dengan masalah.

Pantas saja aku merasa. Sayapku tidak benar-benar mencintaiku..
Benar adanya. Dan ternyata kamu di balik semuanya.

2.6.10

Aku juga sudah mengatakan pada sayapku tentang perselingkuhanku dengan sayapmu..
Ia menangis. Merasa sebagai orang yang benar-benar sakit. Aku ingin tertawa sekarang..
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA.

Katakan! Siapa yang lebih sakit di sini?
Sayap yang pernah di duakan?
Atau perempuan yang di tipu sekian lama dalam hubungannya.
Perempuan yang ternyata TIDAK DICINTAI oleh pasangannya.
Sama sekali.

Namun lagi-lagi.. aku yang tampak lebih kuat ini disalahkan. Baiklah. Teruslah menyalahkanku.

7.6.10
Aku bercerita pada mantan sayapmu. Mantan Sayapmu mendengarku.. kondisi yang nyaris sama. Di hujat oleh semua orang di sekitar. Disalahkan tanpa didengarkan.
Bisakah yang menyalahkan itu membika mata? Dan melihat : siapa yang sesungguhnya disakiti disini.
Sayapku dan kamu. Bukan korban hati yang sebenarnya.

10.6.10
Aku memutuskan sayapku. Percuma menjalani hubungan tanpa cinta.
Ini untaian. Aku memutuskan untuk menjauhimu. Tapi kau bilang dalam catatanmu: aku plin plan.
Terserah.
14.6.10
aku mengenalkanmu pada yang lain. Namun,,, kau malah bercerita tentang keburukanku padanya. Hingga ia. Sangat dan sangat membenciku. 

15.6.10
Aku menyerahkan semuannya pada awan, 
biarkan angin menerpanya.
semua duka yang ada. 
sakit yang ada..
kuharap hilang.

dan ini pertama kali dalam hidupku.
aku tak ingin menyakiti. lagi

Rabu, 13 Oktober 2010

kepada nona Ling yang telah pergi

terlalu muda untuk senja bersuara.
nona Ling masih tetap cantik dan rapi seperti biasanya.
tapi waktu telah memanggilnya.
beberapa hari setelah ke enam belas tahun usianya.

pagi ini tanpa nona Ling,
kondisi kelas yang riuh tampak berbeda.

tak ada lagi teriakan mungil yang menggema.

begitu juga di kediaman nona Ling,

tampak hening.
hanya ada karangan bunga di sini sana.

isak tangis sesungguhnya masih ada. hanya saja sengaja di sembunyikan oleh dewa.

nona Ling yang mendahului.
selamat jalan.

Sabtu, 02 Oktober 2010

TERPISAH

Aku mau jadi pengantinmu dengan kerudung putih, gaun, dan mahar.
Tapi kamu adalah malaikatku, tak ada pernikahan, tak ada perkawinan.
yang aku tau aku hanya terus mencintai dan menyayangi, sampai kapan?
Entahlah,, aku tak tau waktu, dan aku tak mau tau tentang itu.
Kamu yang berjalan didepan. Aku yang mengikutimu di belakang.
Kau bilang ingin bermain. Aku menunggumu hingga kau selesai bermain.
Kamu bilang aku membosankan. Carilah kawan yang lain, yang tidak membuatmu bosan.
Dan aku tetap menunggu menunggu dan menunggu.
Hingga kamu yang pergi bukan kerena pernikahanmu atau pernikahanku.
Tapi karena kita bukan lagi sepasang yang bersama.
Selamat mejauh, sementara hatiku terus mengenangmu.aku sahabatmu, dan aku tetap wanitamu.aku dan kamu sama sama tak tau, mana batas antara sahabat dan wanita (pacar)/
kamu dan aku menjalani semua berdua. Makan berdua. Minum berdua.
Aku tak lengkap tanpa kamu- tapi apakah kamu lengkap tanpa aku? Iya katamu.
Tapi nyataya kamu meninggalkanku.
Kamu dan aku sama sama tau, semua akan erakhir dengan lilin yang mati, dengan kegelapa.
Apa yang kulakukan, kau lakukan? Semua tanpa arti.
Lalu kemana berikutnya? Apakah aku harus menjauh dan pergi?
lari dan mati atau diam dan menanti, yaa-
menanti semua seesai, semua kisahmu dan aku, sayangmu dan sayangku, semua berakhir.sudah- semua berakhir.


Lentera malam masih dengan lilin yang berbinar.
Mengenangmu sayang, menntimu memelukku saat dingin menyertaiku.

“aku menyayangimu” katamu.

“benarkah, lalu?”

“aku ingin bersamamu selamanya.” jawabmu.

“kenapa?” tanyaku.

“aku hanya mau bersamam, bukan bersama yanglai” jelasmu.

Tapi itu dua tahun lalu, sementara kini.

“masihkah kau menyayangiku?”

“tak tau” jawabmu.

“masikah kau ingin bersamaku?”

“tak tau”

“kenapa kau tak tau?”

“karena aku tak lagi mau menjawabnya.”

“kenapa?”

“takut air matamu mengalir bila jujur”

“katakan, aku ingin dengar!” desakku.

“tidak”

“KATAKAN!”

“hmh..” kau menghela nafasmu.

“ya, aku tak lagi menyayangimu” lanjutmu.

Air mataku meleleh jatuh di pipi dengan derasnya.
Kamu memandangku. Tak berkata apa-apa, tak ingin memelukku atau apa.
Kamu hanya diam, diam, diam, dan terus diam.

“aku sudah tau kamu akan mengangis.” akhirnya mulutmu berkata.

“kau suka dengan tangisanku ha? Kau suka dengan air mata ini?” aku menatap murka ke sarahmu. Kamu tersenyum, sedikit menyengir.

“siapa suruh kamu menangis? Bukannya kamu yang memaksaku berkata jujur? Dan bila kejujuranku melukaimu, apakah itu salahku?”

aku tak menjawab pertanyaan sadismu. Jahat sekali.
Sahabatku, mantan wanitaku, atau musuhku, entah dengan nama apa aku harus memangggilmu. Kamu melukaiku.
Taukah kamu tentang hati yang menyayangi lalu ditinggal pergi dan disayati?
Yyaa- itu hatiku. Sahabatmu, mantan wanitamu, yang mencintamu... kembali ke kamarku.
Menulis catatan detik detik sebelum kematian.
Diantara cahaya dan kegelapan.
Diantara berjalan dan mematung.
Diantara bernyanyi dan menangis.
Diantara bersedih dan tak punya hati.
Diantara nayala lilin yang hidup dan mati
REDUP
ya- itu aku. Wanitamu.


Kamu tak lagi ingin memanggilku 'sayang' sebagai tanda kau menyayagiku. Baiklah panggil aku 'musuh'.

“tak mau” jawabmu.

“kenapa?'

aku bukan mesuhmu!””lalu kamu siaa? Kamu tak lagi menyayangiku bukan? Mau kau panggil aku jahanam pun aku terima”
terdiam sejenak.

“hmh..” kau tersenyum bengis.

“ya, aku tak menyayangimu lagi, tapi aku bukan musuhmu. Aku mantan kawanmu. Mantan wanitamu. Untuk apa aku memanggilmu jahanam? Untuk melikaimu? Bodoh..” kamu menghela nafas dingin.

“bodoh sekali.. kamu sudah cukup terluka karena keegianku. Kenpa aku harus membuatmu luka lagi?” lanjutnya kau mnyngir bengis ke arahku.

“JAHANAM KAU!” hujatku.

“bangga sekali kau membuat luka itu! Biar apa ha? biar apa?biar aku mati karena lukamu?jahanam!” ak naik pitam.kau memandangku tanpa ekpresi.

“agar ku dan aku terlepas, sebelum semuanya semakin sakit” JAWABMU.

“semakin sakit, apa maksudmu? Tidakkah amu mengetahui aku cukup sakit saat ni?”

“aku tau. Tapi lebih sakit lagi bila melepasmu nanti..” kau menunduk, memutus kalimat yang belum kau selesaikan.

“nanti.. ketika raSa sayang itu semakin besar, aku takut aku dan kamu malah semakin sulit dipisahkan” lanjutmu.aku terisak. Air mataku menetes. Tak kau hapus.
Aku disudut kamar gelapku.
Sementara kau di atas ranjang tidurku yang kotor dan berantakan.
Tubuhmu mendekat, berjalan setapak demi setapak ke arahku.
Semakin dekat. Apakah kamu akan memelukku? Kuharap iya.
Aku rindu bahumu. Pelukanmu. Dan kamu.
Jantungku berdegup kencang tak berirama. Jarak yang sangat dekat denganmu. Limapuluh sentimeter didepanku
Kamu berhenti. Tak lagi maju dan mendekap erat tubuhku.
Kau diam. Menatapku. Aku juga menatapmu. Dalam.


“kenapa berhenti menangis? Lanjutkan, aku ingin mendengar tangisanmu, yang lebih keras” ucapmu kejam.
Aku terisak lagi. Kata-katamu terus menyayayt.
Tingkahmu membuatku tenang sesaat kemudian kembali melukaiku.
Kamu tersenyum, bengis, puas, sadis.
Makhluk seperti apa didepanku ini? Senyummu, menyakitkan.
Aku mendorong tubuhmu. Berlari menuju pintu, menyusuri anak tangga.
Berlari.. berlari terus berlari dan keluar rumah.tetap menangis.
Menjadi manusia lingling di dalam malam yang pekat. Hiruk pikuk. Orang-orang berlarian. Kendaaan. Bunyi klakson. Suara pedagang. Suara tawa tangis anak kecil yang merengek meminta pemen.
Apa yang kalian lakukan, aku bingung, kalian membuat otakku meledak.

“aaaaaaaaaaa!” aku berteriak . Semua mata memandangku. Kemudian tersenyum frustasi. Dengan airmata yang tentu saja belum mengering.

Kemana kamu? Kemana kamu yang dulu? Sahabtku, mantan wanitaku yang selalu menjagaku. Kamu raib, kamu hilang.
Hanya memori lama berputar kembali di otakku.
Aku dan kamu bertemu di sore yang cerah. Brjalan bergandengan menyusuri trotoar.
Tersenyum, berdua, brcanda, tertawa, kemudian saling bercerita.
Aku menuturkan kisahku yang pilu.
Butiran air keluar dari sudut mataku, kamu menghapusnya.
Kembali bercanda, membuatku tertawa.
Memelukku, dan kamu berkata 'aku menyayangimu'
hanya memori. Aku tak ingin semua terulang
-tapi tak mungkin lagi! tak akan lagi!
tak ada aku dan kamu lagi-tak ada KITA BERSAMA lagi.
Semakin deras, air mata meleleh tak terhenti.
Mengenangmu- semua sudah berakhir sayang.
Kamu datang. Kamu diseberang alan membaa payug besar, kamu berubah pikiran?

Aku senang bukan kepalang.
Tersenyum dengan butiran air mata yang belum hilang.
“iran!” aku melambaikan tanganku ke arahmu.
Kamu yang menoleh kana-kiri kebingungan, mendapatiku yang ada di seberang jalan.
Dihadapanmu, tepat lurus didepanmu.
Wajahmu memandangku, aku girang. Tersenyum.
Menoleh kanan dan kiri jalan, bersap menyeberang menuju tempatmu.
Sabar, sebentar lagi sayang, aku datang.
Mobil masih tampak jauh.
Aku berlari, tapi..
aku kembali terpaku.
Melihat sosok lain menghampiri tubuhmu.
Serang perempuan yang kenal, berteduh dibawah payungmu. Sembari memberikan sekaleng minuman soda kepadamu.
Kamu menerimanya. Menyambutnya dengan senyum.
Tak menggandeng tanganmu, atau bersikap manja sepertiku biasanya padamu.
Dia hanya membuatmu tertawa, sekaligus juga membuat aku menangis.
Kembali kecewa, merasa sakit yang luar biasa.
Kamu punya cara sendiri menunjukkan kebenarn yang menyakitkan.
Merasa bersalah, serta hancur dan yakin pasti kehilanganmu.

Inikah persahabatan yang semestinya?
Yaa- kau benar sahabat, mantan wanitaku.
Kau sudah melaksankan tugasmu. Memberitau diman salahku.
Membiarkan mataku berair dalam kesalahan itu,
bahkan- meninggalkanku.
Kamu benar kawanku, tapi,

-SAKIT! KAMU TETAP MEMBUATKU SAKIT,
MAMU MENINGGALKANKU! KAMU JAHANAM!

KAMU MENYAKITIKU, KAMU MEMBUATKU MENANGGIS.
“AAAAAAA...” aku kembali berteriak seperti orang gila.
Megeluarkan air mata.
Sementara truk besar melaju kencang ke arahku.
Dan mataku hanya mampu menghalangi sinarnya.
...


sahabatmu yang benar itu merangkulmu, menjauh.
membiarkan aku terkapar diantara orang-orang yang mungkin tak lagi mengenali jasadku.
Kamu tak menangis, hanya diam terpukul tragis kematianku.
Bukankah persahabatan yang salah pasti akan berakhir, tunggu waktu saja.
Cepat lambat, sakit tidak.
Keduanya akan terpisah karena ada di jalur yang salah.
Harunya kamu meninggalkan lebih awal.
Sebelum sayangku semakin besar, hingga tak mampu melepasmu,,
Biarkan saja lilin yang redup itu menyala tanpa kehadirnmu.
Bukan malah mati dihadapanmu sebagai sahabat, dan mantan wanitamu.

Aku mau jadi pengantinmu dengan kerudung putih, gaun, dan mahar.
Tapi kamu adalah wanitaku, tak ada pernikahan, tak ada perkawinan.
yang aku tau aku hanya terus mencintai dan menyayangi, sampai kapan?
Entahlah,, aku tak tau waktu, dan aku tak mau tau tentang itu.
Kamu yang berjalan didepan. Aku yang mengikutimu di belakang.
Kau bilang ingin bermain. Aku menunggumu hingga kau selesai bermain.
Kamu bilang aku membosankan. Carilah kawan yang lain, yang tidak membuatmu bosan.
Dan aku tetap menunggu menunggu dan menunggu.
Hingga kamu yang pergi bukan kerena perniahanmu atau pernikahanku.
Tapi karena kita bukan lagi dua wanita yang bersama.
Selamat mejauh, sementara hatiku terus mengenangmu.aku sahabatmu, dan aku mantan wanitamu.aku dan kamu sama sama tak tau, mana batas antara sahabat dan wanita (pacar)/
kamu dan aku menjalani semua berdua. Makan berdua. Minum berdua.
Aku tak lengkap tanpa kamu- tapi apakah kamu lengkap tanpa aku? Iya katamu.
Tapi nyataya kamu meninggalkanku.
Kamu dan aku sama sama tau, semua akan erakhir dengan lilin yang mati, dengan kegelapa.
Apa yang kulakukan, kau lakukan? Semua tanpa arti.
Lalu kemana berikutnya? Apakah aku harus menjauh dan pergi?
lari dan mati atau diam dan menanti, yaa-
menanti semua seesai, semua kisahmu dan aku, sayangmu dan sayangku, semua berakhir.sudah- semua berakhir.


Lentera malam masih dengan lilin yang berbinar.
Mengenangmu sayang, menntimu memelukku saat dingin menyertaiku.

“aku menyayangimu” katamu.

“benarkah, lalu?”

“aku ingin bersamamu selamanya.” jawabmu.

“kenapa?” tanyaku.

“aku hanya mau bersamam, bukan bersama yanglai” jelasmu.

Tapi itu dua tahun lalu, sementara kini.

“masihkah kau menyayangiku?”

“tak tau” jawabmu.

“masikah kau ingin bersamaku?”

“tak tau”

“kenapa kau tak tau?”

“karena aku tak lagi mau menjawabnya.”

“kenapa?”

“takut air matamu mengalir bila jujur”

“katakan, aku ingin dengar!” desakku.

“tidak”

“KATAKAN!”

“hmh..” kau menghela nafasmu.

“ya, aku tak lagi menyayangimu” lanjutmu.

Air mataku meleleh jatuh di pipi dengan derasnya.
Kamu memandangku. Tak berkata apa-apa, tak ingin memelukku atau apa.
Kamu hanya diam, diam, diam, dan terus diam.

“aku sudah tau kamu akan mengangis.” akhirnya mulutmu berkata.

“kau suka dengan tangisanku ha? Kau suka dengan air mata ini?” aku menatap murka ke sarahmu. Kamu tersenyum, sedikit menyengir.

“siapa suruh kamu menangis? Bukannya kamu yang memaksaku berkata jujur? Dan bila kejujuranku melukaimu, apakah itu salahku?”

aku tak menjawab pertanyaan sadismu. Jahat sekali.
Sahabatku, mantan wanitaku, atau musuhku, entah dengan nama apa aku harus memangggilmu. Kamu melukaiku.
Taukah kamu tentang hati yang menyayangi lalu ditinggal pergi dan disayati?
Yyaa- itu hatiku. Sahabatmu, mantan wanitamu, yang mencintamu... kembali ke kamarku.
Menulis catatan detik detik sebelum kematian.
Diantara cahaya dan kegelapan.
Diantara berjalan dan mematung.
Diantara bernyanyi dan menangis.
Diantara bersedih dan tak punya hati.
Diantara nayala lilin yang hidup dan mati
REDUP
ya- itu aku. Wanitamu.


Kamu tak lagi ingin memanggilku 'sayang' sebagai tanda kau menyayagiku. Baiklah panggil aku 'musuh'.

“tak mau” jawabmu.

“kenapa?'

aku bukan MUSUHMU!””lalu kamu siaa? Kamu tak lagi menyayangiku bukan? Mau kau panggil aku jahanam pun aku terima”
terdiam sejenak.

“hmh..” kau tersenyum bengis.

“ya, aku tak menyayangimu lagi, tapi aku bukan musuhmu. Aku mantan kawanmu. Mantan wanitamu. Untuk apa aku memanggilmu jahanam? Untuk melikaimu? Bodoh..” kamu menghela nafas dingin.

“bodoh sekali.. kamu sudah cukup terluka karena keegiLAanku. Kenpa aku harus membuatmu luka lagi?” lanjutnya kau mnyngir bengis ke arahku.

“JAHANAM KAU!” hujatku.

“bangga sekali kau membuat luka itu! Biar apa ha? biar apa?biar aku mati karena lukamu?jahanam!” ak naik pitam.kau memandangku tanpa ekpresi.

“agar ku dan aku terlepas, sebelum semuanya semakin sakit” JAWABMU.

“semakin sakit, apa maksudmu? Tidakkah amu mengetahui aku cukup sakit saat ni?”

“aku tau. Tapi lebih sakit lagi bila melepasmu nanti..” kau menunduk, memutus kalimat yang belum kau selesaikan.

“nanti.. ketika raa sayang itu semakin besar, aku takut aku dan kamu malah semakin sulit dipisahkan” lanjutmu.aku terisak. Air mataku menetes. Tak kau hapus.
Aku disudut kamar gelapku.
Sementara kau di atas ranjang tidurku yang kotor dan berantakan.
Tubuhmu mendekat, berjalan setapak demi setapak ke arahku.
Semakin dekat. Apakah kamu akan memelukku? Kuharap iya.
Aku rindu bahumu. Pelukanmu. Dan kamu.
Jantungku berdegup kencang tak berirama. Jarak yang sangat dekat denganmu. Limapuluh sentimeter didepanku
Kamu berhenti. Tak lagi maju dan mendekap erat tubuhku.
Kau diam. Menatapku. Aku juga menatapmu. Dalam.

“kenapa berhenti menangis? Lanjutkan, aku ingin mendengar tangisanmu, yang lebih keras” ucapmu kejam.
Aku terisak lagi. Kata-katamu terus menyayayt.
Tingkahmu membuatku tenang sesaat kemudian kembali melukaiku.
Kamu tersenyum, bengis, puas, sadis.
Makhluk seperti apa didepanku ini? Senyummu, menyakitkan.
Aku mendorong tubuhmu. Berlari menuju pintu, menyusuri anak tangga.
Berlari.. berlari terus berlari dan keluar rumah.tetap menangis.
Menjadi manusia lingling di dalam malam yang pekat. Hiruk pikuk. Orang-orang berlarian. Kendaaan. Bunyi klakson. Suara pedagang. Suara tawa tangis anak kecil yang merengek meminta pemen.
Apa yang kalian lakukan, aku bingung, kalian membuat otakku meledak.

“aaaaaaaaaaa!” aku berteriak . Semua mata memandangku. Kemudian tersenyum frustasi. Dengan airmata yang tentu saja belum mengering.

Kemana kamu? Kemana kamu yang dulu? Sahabtku, mantan wanitaku yang selalu menjagaku. Kamu raib, kamu hilang.
Hanya memori lama berputar kembali di otakku.
Aku dan kamu bertemu di sore yang cerah. Brjalan bergandengan menyusuri trotoar.
Tersenyum, berdua, brcanda, tertawa, kemudian saling bercerita.
Aku menuturkan kisahku yang pilu.
Butiran air keluar dari sudut mataku, kamu menghapusnya.
Kembali bercanda, membuatku tertawa.
Memelukku, dan kamu berkata 'aku menyayangimu'
hanya memori. Aku tak ingin semua terulang
-tapi tak mungkin lagi! tak akan lagi!
tak ada aku dan kamu lagi-tak ada KITA BERSAMA lagi.
Semakin deras, air mata meleleh tak terhenti.
Mengenangmu- semua sudah berakhir sayang.
Kamu datang. Kamu diseberang alan membaa payug besar, kamu berubah pikiran?

Aku senang bukan kepalang.
Tersenyum dengan butiran air mata yang belum hilang.
“iran!” aku melambaikan tanganku ke arahmu.
Kamu yang menoleh kana-kiri kebingungan, mendapatiku yang ada di seberang jalan.
Dihadapanmu, tepat lurus didepanmu.
Wajahmu memandangku, aku girang. Tersenyum.
Menoleh kanan dan kiri jalan, bersap menyeberang menuju tempatmu.
Sabar, sebentar lagi sayang, aku datang.
Mobil masih tampak jauh.
Aku berlari, tapi..
aku kembali terpaku.
Melihat sosok lain menghampiri tubuhmu.
Serang perempuan yang kenal, berteduh dibawah payungmu. Sembari memberikan sekaleng minuman soda kepadamu.
Kamu menerimanya. Menyambutnya dengan senyum.
Tak menggandeng tanganmu, atau bersikap manja sepertiku biasanya padamu.
Dia hanya membuatmu tertawa, sekaligus juga membuat aku menangis.
Kembali kecewa, merasa sakit yang luar biasa.
Kamu punya cara sendiri menunjukkan kebenarn yang menyakitkan.
Merasa bersalah, serta hancur dan yakin pasti kehilanganmu.

Inikah persahabatan yang semestinya?
Yaa- kau benar sahabat, mantan wanitaku.
Kau sudah melaksankan tugasmu. Memberitau diman salahku.
Membiarkan mataku berair dalam kesalahan itu,
bahkan- meninggalkanku.
Kamu benar kawanku, tapi,

-SAKIT! KAMU TETAP MEMBUATKU SAKIT,
MAMU MENINGGALKANKU! KAMU JAHANAM!

KAMU MENYAKITIKU, KAMU MEMBUATKU MENANGGIS.
“AAAAAAA...” aku kembali berteriak seperti orang gila.
Megeluarkan air mata.
Sementara truk besar melaju kencang ke arahku.
Dan mataku hanya mampu menghalangi sinarnya.
...


sahabatmu yang benar itu merangkulmu, menjauh.
membiarkan aku terkapar diantara orang-orang yang mungkin tak lagi mengenali jasadku.
Kamu tak menangis, hanya diam terpukul tragis kematianku.
Bukankah persahabatan yang salah pasti akan berakhir, tunggu waktu saja.
Cepat lambat, sakit tidak.
Keduanya akan terpisah karena ada di jalur yang salah.
Harunya kamu meninggalkan lebih awal.
Sebelum sayangku semakin besar, hingga tak mampu melepasmu,,
Biarkan saja lilin yang redup itu menyala tanpa kehadirnmu.
Bukan malah mati dihadapanmu sebagai sahabat, dan mantan wanitamu.

S A T U S A Y A P (part 1)

semua yang aku tulis, aku persembahkan untuk malaikat yanng ada di sampingku.

"inikah yang kau sebut dengan sayang? mengejekku! memukulku! dan terus menggunjingku di antara kawan kawanmu yang tampak sempurna itu!"

air mataku meleleh. membanjiri wajah. dan ini- bukan yang pertama kali.

"oke! iya! aku yang salah! tidak seharusnya aku berbuat seperti itu bukan? itu kan maumu!?"
kau berbalik murka.

ini yang kau sukai dariku.
kelemahan. kebodohan. dan kerelaan perasaanku untuk selalu kau hancurkan.

"izinkan aku pergi.." ucapku.
aku menjauh dari ragamu.

kau meraih tanganku.
"ku mohon jangan..." katamu.

"kenapa? aku selalu kau sia-siakan bukan? aku tak lebih dari boneka yang menyayangimu."

"ku mohon.. tatap mataku!"
aku menoleh. menatap dalam bola matamu.
dan kau juga begitu.
seolah-olah ketulusan cinta yang selama ini aku ragukan kau persembahkan detik ini.

ketulusan apa?
matamu selalu membuatku meluluh dan mempercayaimu!
mata jahanam!
mata setan, kau selalu bisa melakukannya!


"aku menyayangimu. jangan pergi.." pintamu.
aku masih kaku.
tak mengeluarkan sepatah kata pun untukmu.

"masih mau kan kau bersamaku?" tanyamu.
aku tetap kaku.
seperti boneka yang tak berdaya.

tak ada perlawanan.
mata setan yang ajaib.
selalu bisa mencairkan kemarahanku.

kau memelukku.
dengan ragaku yang masih kaku.

sebenarnya...
di pelupuk sana..
butiran air mata masih mencair.
"Sayang... aku ingin pergi darimu!"

30 hari

Ini ke tiga puluh hariku bersama malaikat terindah.

Semua masih menyenangkan.
Hingga kau membaca buku harianku malam ini.

Disana tertulis tentang orang yang ku kagumi.

'siapa?' tanyamu.
'bukan siapa2.' jawbku .

Kau menelisik kedalam mataku.
'bohong!' ucapmu.
'nanti juga kamu tau,' ucapku.
'nanti kapan? Aku tak butuh nanti,aku butuh sekarang!' kau membentak.

e g o i s!


aku tercenang. Tak mempercayai bila yang membentakku tadi adalah kamu.

'aku tak butuh tau lagi siapa orang yang kau maksud dalam buku ini!!!'
kau naik pitam. Kemudian melemparkan buku itu ke lantai yang basah.
Selanjutnya kau pergi entah kemana.

Aku masih terpaku di tempatku.
Masih memandangi buku itu.
Kemudian maju beberapa meter,
dan aku memungutnya.

'tulisannya luntur,' ucapku sambil menangis.

Aku berusaha mengeringkan buku itu dengan bajuku.
Memperbaiki sedikit demi sedikit.
Susah.
Dan masih di temani air mata.

kau tau sayang?
aku tak pernah menuliskan siapapun di buku itu selain kamu.
Aku tak ingin menuliskan yang lain,
semua hanya tentangmu .
ten-tang-mu,'

aku sudah berusaha memperbaiki buku itu.
Tapi. Tak bisa.
Tulisanya
luntur.meluber kemana mana.

aku pasti bisa memperbaikinya!
Tapi.. Argggh! Aku menyerah.

Ini benar2 susah..

Air mataku semakin meleleh.
Aku menjatuhkan buku itu.
Kemudian berlari ke luar.
Membasahi tubuhku dengan hujan.
Aku menangis dalam hujan.

2jam kemudian..

tubuhku mulai menggigil.
Dingin-
ya aku tau . Tapi aku tak ingin berteduh.

Seseorang menghampiriku di tengah hujan.
Membawakan payung yang cukup besar untuk melindungiku dari hujan.
Orang itu; kamu.

Kau merangkulku.
Membawaku ke tempat yang lebih teduh.

Kau menyeduhkanku secangkir kopi di sana,.

aku belum berkata apapun padamu.
Aku menunggu-kau yang memulainya.

Beberapa saat kemudian,
'ma'af,,aku tadi emosi..' ucapmu.

Aku memandangmu,

Kemudian tersenyum.
'nggak papa, udah jangan di bahas lagi..' jawabku.

'tapi, siapa orang yang kau tulis dalam buku diary itu? '
haha. Kau masih penasaran.

'kenapa memangnya? Ada yang salah?'

'tidak tapi aku...'
kau memutus pembicaraanmu.

'aku apa?'
'aku ...cemburu,' jawabmu.

Aku tersenyum..
Dengan raut cekikikan memandangmu.

'baiklah aku akan memberi tahumu..'

'siapa?'

aku tersenyum,
'kamu' jawabku kemudian.

Pipimu memerah . Aku tau, kau malu.:).

"benarkah?" tanyamu.
'benar, maka itu jangan pernah meninggalkanku!'
'aku berjanji.. Kau tau 2 jam yang aku lalui tanpamu tadi benar2 sepi.., aku tak bisa tanpamu,' ucapmu.

"begitu juga aku,"
ucapku.

Kau memelukku. Membiarkan hujan menyaksikannya.http://www.facebook.com/notes.php?id=1786266141&notes_tab=app_2347471856#!/?ref=home