Seperti yang kau lihat. Aku
remuk. Seluruh hatiku kau bawa dan kau meninggalkan aku sendiri disini. Aku seperti
kehilangan oksigen untuk bernafas. Kehilangan daya untuk bergerak. Kehilangan
semangat untuk bertahan. Sayang, bagaimana bisa kau tetap baik-baik saja
sementara kau menghancurkan aku disini. Bagaimana bisa kau mengucap bangga
setelah meninggalkanku? Apakah kau bangga dengan ribuan air mata yang
kujatuhkan untukmu? Apakah kau bangga dengan menghancurkanku? Manusia macam apa
kau? Bagaimana bisa kau berlaku sejahat itu? Aku lihat seluruh mata memandang
iba kepadaku. Mungkin mereka mengasihani aku. Mereka memandangku sebagai
pengemis cintamu. Silahkan saja. Aku tak perduli orang lain berkata apa
tentangku. Aku memang hancur saat kau pergi. Entah mengapa dunia terasa gelap
seperti malam sepanjang waktu. Kau berhasil membuatku terjatuh. Kau berhasil mempermalukan
aku di depan mereka. Kau BERHASIL Sayang!
Apakah
ini kebahagiaanmu? Apakah dengan menghancurkanku lantas kau merasa bahagia? Kau
memang penguasa hatiku. Penguasa seluruh rasa. Aku tak perduli dengan ribuan
hari yang telah berlalu tanpa kehadiranmu disini. Yang aku tahu, aku harus
tetap bertahan dan melanjutkan hidupku. Aku menulis banyak sekali cerita
tentangmu meski mungkin tak pernah kau baca. Mungkin kini ceritaku sudah
menembus kotamu. Kota tempat bidadari cinta menyambung hidup. Selalu kubisikan
pada sahabat-sahabatmu, Aku memiliki luka yang menguatkanku, luka yang kau
buat, luka karena seorang perempuan terlalu jatuh cinta.
Dari luka itu, aku bercerita
tentangmu, Sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar