Apa bisa
hubungan dijalani seperti ini? tidak saling bertemu dan berjauh-jauhan. Berkata
saling memelihara hati. Saling percaya meskipun pasti saling berdusta. Saling
mengkhianati satu sama lain dan lama lama berkhianat menjadi biasa. Ayolah,
jangan munafik. Saat kekasihmu berada pada jarak berpuluh-puluh kilo meter
darimu pasti ada sedikit rasa pudar di hatimu. Rasa berkhianat yang kian hari
kian mengusik. Memposisikan kehadiran
sebagai masalah. Masalah yang semakin sulit terpecahkan bila sudah semakin
sempit waktu luang untuk bertemu.
Aku-kamu.
Malang-Jakarta.
**
Ingat pertama kali kita bertemu?
Ingat aku gadis tomboy yang manis? Ingat mobil avanza putihmu yang pertama kali
kau pakai untuk menjemputku? Ingat kaos oblong hitam besar yang kugenakan?
Ingat sepatu confers hitam-biru yang melekat di kakiku. Ingat gelang yang
bertuliskan nama salah satu distro yang terkenal di kotaku? Iya disini. Dimana
lagi? Di Malang. Kota kecil tempat aku dan kamu tumbuh tetapi tidak pernah saling
bertemu. Kecuali saat ini. pukul 17.30 tepat. Awal bulan puasa.
Sudah lama sekali rasanya.
‘Perkenalkan
namaku Ica, kamu?’
‘Bayu’
**
Kita makan bersama bukan? Ini
pertama kali buka puasa dalam tahun ini. Anehnya baik aku dan kamu tak ingin
menikmatinya di rumah masing-masing. Rumah adalah tempat untuk saling mengingat
anggota-anggota keluarga.
“keluarga?” kau mulai
menertawakanku.
“Kenapa? Ada yang salah?”
“Tidak”
**
“Siapa kau?”
“Aku laki-laki”
“Iya , aku tahu. Tapi laki-laki
seperti apa?”
Kau tersenyum.
“Tanpa terlalu banyak bertanya
kau akan tahu siapa aku jika kau bersamaku”
**
Kita bersama.
Saling
bercerita. Membagi kisah masa lalu yang tidak kalah jumlahnya.
“Aku sudah puas merasakan sakit,”
Kataku.
“Sekarang ada aku disini. Maka
aku usahakan agar kau tak lagi merasakannya,”
Kau memelukku.
Hening.
**
Apa lagi yang pernah kita lewati?
Kau ingat tempat-tempat makan yang biasa kita kunjungi? Banyak sekali. Hampir
semua tempat makan di kotaku sudah aku kunjungi bersamamu. Kau suka makan. Itu
yang membuat berat badanku naik beberapa kilo belakangan.
Kau suka apa lagi? Kau suka hidup
santai? Sama. Kau suka hidup tenang? Sama. Kau suka menjamah
perempuan-perempuan sesukamu? Untuk yang ini aku berusaha tersenyum. Menarik
residu nafas lebih dalam lagi. Dan kukatakan padamu,
“Maaf, aku memang bukan
gadis-gadis yang seperti itu. Yang mudah kau jamah sesukamu. Tapi percayalah,
aku bisa mencintaimu dengan caraku.”
Kadang terjadi
kebingungan yang kalut saat aku berusaha menilaimu. Kau laki-laki dengan banyak
sisi. Busuk di satu sisi. Tapi istimewa di sisi lain. Aku tersanjung dengan
caramu menjaga keluargamu. Menjaga adik perempuan dan Ibumu. Kau melakukannya
lebih dari kau menjaga nyawamu. Jujur, aku juga ingin kau jaga seperti itu.
Sanggupkah?
**
Sebenarnya hubungan seperti apa
yang kau harapkan? Hubungan yang mencari kesenangan sesaat kemudian saling
pergi meninggalkan? Atau hubungan yang berjalan begitu saja tanpa tahu arahnya?
Yang dijalani lebih dari hitungan hari yang tak dapat dijangkau oleh kumpulan
jari-jariku dan kamu? Kau memilih pilihan kedua. Baiklah. Hubungan yang seperti
itu.
“Sampai kapan?” tanyaku.
“Sampai maut memisahkan,” jawabmu
Jawaban konyol
yang berarti kau sendiri tak tahu.
**
Ingat saat kau marah padaku? ingat saat kau mulai membentak-bentak di
telefon? Ingat saat kau mulai bersikap luar biasa dingin? Ingat saat kita
berpisah dalam hitungan 24 jam hingga 48 jam kau akan datang menemuiku dan kita
akan kembali bersama. Ingat saat kau mengatakan jika kau sangat menyayangiku?
Apakah ini bagian dari permainanmu yang sudah sangat mahir berurusan dengan
wanita berjenis apapun?
**

**
Ingat kumpulan awan yang mulai
berantakan? Ingat tetes hujan yang tiba-tiba mulai memerciki kotaku? Ingat kita
yang sudah berada pada jarak ratusan kilo lebih? Ingat kita yang semakin
berjauhan? Ingat jika akhirnya kau harus melepaskan aku? Karena kita tak
sanggup bertahan saling menjaga hati pada jarak ratusan kilo meter lebih?
Bukan. Tapi karena sesuatu yang lain terjadi padaku. Dua hari setelah
kepergianmu sebuah mobil kehilangan kendali menabrakku yang sedang menyebrang
di jalan raya. Tubuhku sempat kritis dan akhirnya aku tak dapat tertolong. Aku
tak sempat mengucapkan selamat tinggal padamu. Aku tak akan pernah sempat lagi
menelfon atau mengirimkan pesan padamu yang
berada pada jarak ratusan kilo meter dariku untuk berkata aku sangat
mencintaimu.
Kuakhiri kisahku
disini,
Dalam tetes hujan dan bau tanah basah.
5 oktober 2012
Seseorang yang mencintaimu dari jauh.
So sweet :)
BalasHapusjarak jauh pun tak jadi masalah :)