Selasa, 24 Januari 2017

DIAM



Saya memelihara blog ini diam diam dari calon suami saya. Ah tidak, tak perlu diam-diam pun dia tak pernah ingin membaca. Seperti yang saya katakana, dia tidak mengerti saya. Dan saya tak pandai bicara. Jadi saya tuangkan semua semuanya dalam tulisan saya yang entah akan terbaca oleh siapa.
Pagi masih menyeringai untuk Kota Malang yang sibuk. Pikiran saya masih kemana mana. Antara satu setengah jam lagi pekerjaan paling menyita waktu dan pikiran saya akan dimulai. Belum dimulai dan saya berkata ini beban dan berat. Pantas saja seharian terasa sangat lelah. Lalu souvenir pernikahan, ah tidak, kemantapan hati  saya untuk menikah 50 hari kedepan sementara make up rias, catering dan dekorasi pengantin telah dibayar oleh orang tua saya. Ini terlalu cepat? Dua bulan untuk berpikir saya akan menghabiskan sisa hidup dengan orang yang sama sekal tidak mengerti saya. Ah baiklah, ini menyebalkan. Beban pikiran saya bertambah. Saya terlihat lebih tua belakangan. Saya kehilangan senyum saya. Tega sekali kalian merampasnya. Terimakasih.
Kali ini saya ingin sedikit bercerita tentang kamu, teman semasa kuliah saya dulu. Berawal dari scroll bbm dan saya menemukan kontak kamu dengan foto updatean terbaru. Kamu tampan-baik-pintar. Bagaimana wanita tidak jatuh cinta kepadamu? Sekalipun saya. Saya yang semasa kuliah jauh sekali dari kaum mu. Perkumpulan saya penuh dengan anak anak nakal yang… berhasil setidaknya. Kami berhasil lulus tepat waktu dengan IPK diatas rata-rata. Sementara teman-temanmu dipenuhi dengan kutu buku yang jenius. Jika saya lulus di kloter kedua. Kamu lulus di kloter pertama. Kamu sangat pandai. Seperti yang saya katakan. Sangat pandai.
                Kamu. Seseorang yang mungkin sama sekali tak mengerti atau bahkan tak menyangka jika saya memperhatikanmu diam-diam empat tahun belakangan. Saya punya pacar semasa kuliah tapi bukan berarti saya berhenti menaruh perhatian saya padamu. Tidak. Saya sering melihatmu diam diam. Saya mengagumi kepandaianmu, caramu bicara yang lembut, beda sekali dengan anak Malang pada umumnya. Saya memperhatikanmu.
                Kamu orang yang hebat. Sempat memimpin beberapa organisasi yang terkadang kamu juga menyebalkan dalam memimpin teman-temanmu. Tapi tak masalah. Memang susah memimpin banyak orang. Bagi saya, kamu tetap layak untuk dikagumi.
Dengarkan, suara riuh pagi dan sedikit cerita dari penulis lara bernama Anisa,

Dengar..
Saya dengar kamu menempuh pendidikan S2,
Kapan hari saya dengar kamu tak bisa bersama seseorang yang kamu suka selama bertahun-tahun.
Hari yang lalu lagi saya lihat kamu memajang foto bersama seseorang yang kamu sukai pertama kali semenjak sekian tahun bersama.
Dia ukhty yang cantik. Jauh sekali dengan saya.
Waktu kuliah saya dengar kamu dalam hubungan cinta dengan sahabatmu yang itu.
Saya dengar banyak hal dan saya tidak perduli.
Sebelum pernikahan saya setidaknya kamu tahu,
Jika diam diam dalam empat tahun itu saya memperhatikanmu meski tidak lekat,
Jika dari pertama kali saya bertemu denganmu, saya sudah menyukaimu, mungkin begitu.
Dan jika saya tak pernah sedikitpun bermimpi bersamamu karena memang kita berbeda.
Kamu terlalu jauh diatas saya.
Saya tak banyak bicara, hanya saja. Sebelum pernikahan saya,
Setidaknya kamu tahu.
Salam dari kota Malang yang dingin
Dari saya yang luar biasa diam memperhatikanmu.


               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar