Kamis, 29 November 2012

PEREMPUAN DRAMA

Aku jadi ingin tahu apa pendapatmu jika kutanyakan padamu tentang keluarga?
Apa itu keluarga?  Mengapa harus punya keluarga? Siapa itu keluarga?
Bagimu. Mungkin keluarga adalah tempat yang menyenangkan. Ada orang yang kau panggil ibu dan ayah disana. Orang-orang yang selalu menyayangimu. Mencintaimu. melindungimu.
Dan bagimu yang lain, mungkin kau merasa tak memiliki apa yang ku sebut keluarga? Mungkin ayah dan ibumu telah bercerai? Atau ayahmu pergi entah kemana? Atau ibumu bersuami lagi, dan itu bukan ayah kandungmu.

Jadi mengapa aku bertanya-tanya. Aku hanya ingin tahu, apakah ada yang sepemikiran denganku.
Mendekatlah. Lebih dekat lagi.
Untukmu yang merasa tidak memiliki keluarga karena kondisi keluargamu sangat mengecewakan hatimu. Yang hanya memiliki satu orang saja,  Ayah atau Ibu tanpa pernah melihat mereka bersama lagi. Bisa jadi hidupmu lebih bahagia dari pada mereka yang memiliki keluarga utuh tapi tidak saling mencintai.
                Matamu terbelalak. Kau tak mempercayai perkataanku? Percayalah. Pernah aku jumpai sebuah keluarga yang utuh tapi hancur di dalamnya. Ada anak perempuan yang cantik tapi dihancurkan sendiri oleh edua orang tuanya. Anak perempuan itu berlari. Mencari kasih sayang di setiap bilik rumah, tapi tak pernah mendapatkannya. Diam-diam anak perempuan itu menyusup dari jendela rumahnya. Mengambil tali yang semula tak mengerti akan ia gunakan untuk apa. Matanya merah. Setiap kali pulang ke rumah selalu ada saja yang meremukkan hatinya. Mendadak ia membenci semua hal dalam dirinya. Kondisi hidup yang mengecewakannya. Keluarga yang tak pernah perduli padanya. Dan semua hal yang kian lama kian merobohkan hatinya.
                Anak perempuan itu lelah terlihat hidup seperti drama. Jadi ia tampilkan wajah yang bahagia ketika ia bertemu orang lain. Ia tersenyum padaku. Bertingkah lucu. Berlaku konyol. Sedikit berpura-pura bahagia. Sedikit berusaha lupa tentang keadaannya yang sebenarnya. Meskipun beberapa menit kemudian ia akan menangis sejadi-jadinya tanpa aku tahu apa sebabnya. Mungkin ada sesuatu yang menyiksa hatinya. Mungkin ada sesuatu yang meremukkan hatinya. Aku jadi ingin tahu apa yang sedemikian merubah emosinya.
                Siang itu ia bertemu denganku dan ia masih baik-baik saja. Ia tersenyum padaku. ku lihat dari kejauhan, seperti biasa ia sedang bertingkah lucu dan membuat teman-temannya tertawa. Beberapa jam kemudian, aku tak melihat sosoknya lagi. Selang beberapa waktu sebuah kepanikan terjadi. Perempuan cantik yang tersenyum padaku siang tadi telah tiada. Ia ditemukan gantung diri di kamarnya oleh pembantunya. Tangan peremuan cantik itu penuh dengan sayatan. Di kamarnya juga banyak sekali obat-obatan terlarang. Aku baru tahu jika ia seorang pemakai. Di sudut-sudut kamarnya. Ku dengar banyak ditemukan foto-foto dengan kondisi yang mengenaskan.  Robekan Foto keluarganya. Foto ayah dan ibunya yang ia coret-coret dengan sempurna. Yang semua orang tahu tentangnya Ia anak orang kaya dengan kondisi yang bahagia. Tapi kenyataan kali ini membuat semua orang sadar, bahwa selama ini perempuan cantik itu tengah bermain drama.
                Hatiku terasa berongga.  Seperti ada oksigen yang memaksa masuk dari celah-celah hidungku. Rasanya sesak. Jadi begiini cara tuhan memberitahu tentang tidak adanya kesempurnaan. Tentang perempuan cantik dari kehidupan yang semula kukira sempurna namun ternyata jauh dari kata sempurna. Tentang kematian, tentang sayatan, tentang luka yang sengaja di sembunyikan rapat-rapat.
                Aku masih terpaku ditempatku. Diam-diam dari kejauhan entah mengapa aku jadi membayangkan sosok perempuan itu. Aku mengingat-ingat senyumnya lalu membalikkan ekspresinya. Jadi saat aku lihat ia tertawa sesungguhnya ia tengah menangis?   
                 Suasana seketika menjadi hening.  Aku masih melihat perempuan cantik itu dari kejauhan. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku memejam-mejamkan mataku tapi  sosok perempuan itu masih ada disana. Entah mengapa semua suara lenyap dari telingaku.  Perempuan cantik itu menatapku dengan tajam. Semula ia tersenyum kemudian ia menangis sejadi-jadinya. Suaranya terasa memecahkan gendang telingaku. Aku menutup telingaku dan suaranya tetap saja terdengar.  Beberapa detik kemudian tubuhku terhuyun dan jatuh. Aku ditemukan pingsan.

Sabtu, 27 Oktober 2012

B


Jakarta diguyur hujan,
27 Oktober 2012
Hujan mempersilahkan siapapun untuk menangis. mengingat bagian memori yang terlepas.
Hujan mengetahui apa yang pantas didapatkan dan apa yang pantas dilepaskan.
Hujan dan jarak menjauhkan kita dari orang-orang yang tidak seharusnya bersama.
Dan mendekatkan dengan orang yang seharusnya bersama..
aku percaya itu. bagaimana denganmu?



Minggu, 07 Oktober 2012

MALANG JAKARTA IN LOVE

  

Apa bisa hubungan dijalani seperti ini? tidak saling bertemu dan berjauh-jauhan. Berkata saling memelihara hati. Saling percaya meskipun pasti saling berdusta. Saling mengkhianati satu sama lain dan lama lama berkhianat menjadi biasa. Ayolah, jangan munafik. Saat kekasihmu berada pada jarak berpuluh-puluh kilo meter darimu pasti ada sedikit rasa pudar di hatimu. Rasa berkhianat yang kian hari kian mengusik.  Memposisikan kehadiran sebagai masalah. Masalah yang semakin sulit terpecahkan bila sudah semakin sempit waktu luang untuk bertemu.
Aku-kamu.
Malang-Jakarta.
**
     Ingat pertama kali kita bertemu? Ingat aku gadis tomboy yang manis? Ingat mobil avanza putihmu yang pertama kali kau pakai untuk menjemputku? Ingat kaos oblong hitam besar yang kugenakan? Ingat sepatu confers hitam-biru yang melekat di kakiku. Ingat gelang yang bertuliskan nama salah satu distro yang terkenal di kotaku? Iya disini. Dimana lagi? Di Malang. Kota kecil tempat aku dan kamu tumbuh tetapi tidak pernah saling bertemu. Kecuali saat ini. pukul 17.30 tepat. Awal bulan puasa.
Sudah lama sekali rasanya.
‘Perkenalkan namaku Ica, kamu?’
‘Bayu’
**
            Kita makan bersama bukan? Ini pertama kali buka puasa dalam tahun ini. Anehnya baik aku dan kamu tak ingin menikmatinya di rumah masing-masing. Rumah adalah tempat untuk saling mengingat anggota-anggota keluarga.
               “keluarga?” kau mulai menertawakanku.
               “Kenapa? Ada yang salah?”
               “Tidak”
**
               “Siapa kau?”
               “Aku laki-laki”
               “Iya , aku tahu. Tapi laki-laki seperti apa?”
Kau tersenyum.
               “Tanpa terlalu banyak bertanya kau akan tahu siapa aku jika kau bersamaku”
**
Kita bersama.
Saling bercerita. Membagi kisah masa lalu yang tidak kalah jumlahnya.
               “Aku sudah puas merasakan sakit,” Kataku.
               “Sekarang ada aku disini. Maka aku usahakan agar kau tak lagi merasakannya,”
Kau memelukku.
Hening.
**
               Apa lagi yang pernah kita lewati? Kau ingat tempat-tempat makan yang biasa kita kunjungi? Banyak sekali. Hampir semua tempat makan di kotaku sudah aku kunjungi bersamamu. Kau suka makan. Itu yang membuat berat badanku naik beberapa kilo belakangan.
               Kau suka apa lagi? Kau suka hidup santai? Sama. Kau suka hidup tenang? Sama. Kau suka menjamah perempuan-perempuan sesukamu? Untuk yang ini aku berusaha tersenyum. Menarik residu nafas lebih dalam lagi. Dan kukatakan padamu,
               “Maaf, aku memang bukan gadis-gadis yang seperti itu. Yang mudah kau jamah sesukamu. Tapi percayalah, aku bisa mencintaimu dengan caraku.”
Kadang terjadi kebingungan yang kalut saat aku berusaha menilaimu. Kau laki-laki dengan banyak sisi. Busuk di satu sisi. Tapi istimewa di sisi lain. Aku tersanjung dengan caramu menjaga keluargamu. Menjaga adik perempuan dan Ibumu. Kau melakukannya lebih dari kau menjaga nyawamu. Jujur, aku juga ingin kau jaga seperti itu. Sanggupkah? 
**
               Sebenarnya hubungan seperti apa yang kau harapkan? Hubungan yang mencari kesenangan sesaat kemudian saling pergi meninggalkan? Atau hubungan yang berjalan begitu saja tanpa tahu arahnya? Yang dijalani lebih dari hitungan hari yang tak dapat dijangkau oleh kumpulan jari-jariku dan kamu? Kau memilih pilihan kedua. Baiklah. Hubungan yang seperti itu.
               “Sampai kapan?” tanyaku.
               “Sampai maut memisahkan,” jawabmu
Jawaban konyol yang berarti kau sendiri tak tahu.
**
               Ingat saat kau marah padaku?  ingat saat kau mulai membentak-bentak di telefon? Ingat saat kau mulai bersikap luar biasa dingin? Ingat saat kita berpisah dalam hitungan 24 jam hingga 48 jam kau akan datang menemuiku dan kita akan kembali bersama. Ingat saat kau mengatakan jika kau sangat menyayangiku? Apakah ini bagian dari permainanmu yang sudah sangat mahir berurusan dengan wanita berjenis apapun?
**
            Ingat boneka sapi yang kau berikan padaku saat kau akan pergi ke kota bernama Jakarta? Kau bilang padaku jika dia yang akan menemaniku saat kau tak ada disini. Dalam benakku berpikir, sudah berapa boneka yang kau berikan pada perempuan-perempuan lain sebelum aku? Boneka ini, pasti tak ada artinya sama sekali untukmu. Tapi tak apa. Aku selalu menerimamu dengan segala kekurangan yang kau miliki. Aku tak pernah mempermasalahkan masa lalumu. Itu aku.
**
            Ingat kumpulan awan yang mulai berantakan? Ingat tetes hujan yang tiba-tiba mulai memerciki kotaku? Ingat kita yang sudah berada pada jarak ratusan kilo lebih? Ingat kita yang semakin berjauhan? Ingat jika akhirnya kau harus melepaskan aku? Karena kita tak sanggup bertahan saling menjaga hati pada jarak ratusan kilo meter lebih? Bukan. Tapi karena sesuatu yang lain terjadi padaku. Dua hari setelah kepergianmu sebuah mobil kehilangan kendali menabrakku yang sedang menyebrang di jalan raya. Tubuhku sempat kritis dan akhirnya aku tak dapat tertolong. Aku tak sempat mengucapkan selamat tinggal padamu. Aku tak akan pernah sempat lagi menelfon atau mengirimkan pesan padamu yang  berada pada jarak ratusan kilo meter dariku untuk berkata aku sangat mencintaimu.

Kuakhiri kisahku disini,
Dalam  tetes hujan dan bau tanah basah.
5 oktober 2012
Seseorang yang mencintaimu dari jauh.

Minggu, 30 September 2012

Dibalik novel JANTUNG HATI KEJORA

Alhamdulillah akhirnya novel ini terbit juga ::



JANTUNG HATI KEJORA
a novel by Anisa Elianti & Niluh Ayu Sukma
Published in July 2012

Sekilas dibalik novel :
Novel ini adalah novel pertama kami. Baik aku maupun Niluh belum pernah punya novel sebelumnya. Kita berangkat dari orang yang biasa-biasa aja. Bukan siapa-siapa tapi ingin menjadi siapa-siapa. Kita usaha. Dengan segala cara. Pengorbanan dan keulaetan dan akhirnya jadi juga. Hahahaha Sedikit Lebay. Tapi gapapa.  Kami berharap ini permulaan permulaan yang baik. Ini baru awal.
Novel ini tercipta dan terwujud tentunya atas bantuan banyak pihak. Tuhan kami yang mendengarkan doa kami. Ayah Ibu. Dan teman-teman tentunya. Sumber Inspirasi yang sebenernya nggak jauh-jauh juga dari FIB. Siapa ya? :p Hehehehe. Siapapun itu, Thanks for all :)

Dari awal penulisan sampai novel ini terbit kurang lebih butuh waktu sekitar empat bulan.  Dua bulan proses penulisan. Dua bulan proses penerbitan.  Proses yang panjang. Proses yang butuh keuletan ekstra. Awalnya kita emang Cuma bercanda dan mengkhayal punya novel kaya dua orang hebat ini, Mba Linda dan Mas Fahmi serta dosen kami Pak Yusri yang emang hebat dalam dunia kepenulisan seperti ini. Sementara kami? kami Cuma dua perempuan yang suka berkhayal dan membayangkan yang indah-indah. Tanpa tahu harus melangkah kemana atau gimana cara mulainya.
Akhirnya terbersit dalam benak kami untuk menulis sebuah Novel yang terdiri dari dua bagian : Jantung Hati (aku) dan Kejora (Niluh).  Kita berdua cari referensi, tanya sana sini gimana sih caranya bikin buku? Gimana sih caranya biar kita bisa nerbitin buku? Dan semua pertanyaan kita terjawab oleh Mbak Linda dan Mas Fahmi yang sudah pernah menerbitkan buku sebelum kita. Kita berusaha. Terus setiap hari. Saling menyemangati sampai novel ini jadi. Ini kerja keras :D . Novel ini kita persembahkan untuk orang-orang disekitar kita.

atas terbitnya novel ini aku mau ngucapin terimakasih untuk :

Ayahku tercinta. Orang yang selalu buat aku pingin pulang ke rumah.
orang yang menguatkan aku. Orang yang sangat menyayangiku 
tanpa perduli seperti apa aku, dan bagaimana keadaanku.
Orang yang selalu mengerti aku.
orang yang membuatku semangat untuk membuatnya tersenyum bangga.



 Impian masa kecilku
 Sejak kecil aku punya mimpi untuk bisa nulis buku.
walaupun tulisanku sendiri acak-acakan.
Dulu sering kena tegur guru bahasa indonesia karena tulisannya berantakan.
Ada salah satu temen bilang penulis tapi tulisanya jelek ya cuma aku.
hahahaha.
waktu aku kecil, aku pikir cuma mimpi bisa nulis buku,
tapi setelah aku dewasa aku ngerti.
kalau mimpi itu sebenarnya bisa dikejar untuk diwujudkan.



Teman-teman yang menemani hari-hariku
Tanpa kalian mungkin aku nggak pernah tahu apa artinya hidup.
Tanpa kalian aku bukan siapa-siapa.
Kalian yang membuatku belajar tentang bagaimana hidup harus dijalani.
Seburuk apapun kondisi kita sebelumnya.
Hidup harus tetap berjalan.
Terimakasih sudah menemaniku,



PANDA FAMILY
 sahabat-sahabat terhebat yang pernah aku miliki.
Niluh, Amel, Firsty :)
Orang-orang yang menghabiskan banyak waktunya bersamaku.
Orang-orang yang menerimaku apa adanya.
I love you so much :*


Orang yang mengajariku banyak hal.
 
 
 
orang yang mengejar mimpinya bersamaku.

Sebenernya sih sedikit bocoran, orang-orang yang diceritakan dalam novel kami ini ada dalam kehidupan nyata dan nggak jauh-jauh juga sih dari FIB :P. oiya. Ada yang nggak tahu FIB itu apa? FIB itu sebuah Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Brawijaya yang mempertemukan kami dengan orang-orang hebat. Termasuk juga aku ketemu sahabat sekaligus parnerku Niluh karena kita sama-sama menempuh pendidikan dalam fakultas ini. Disini banyak mahasiswa yang sudah mampu menerbitkan buku sendiri dalam usia muda. Hebat.
Dari penerbitan novel ini Kita dapat pelajaran penting tentang bagaimana mengejar mimpi. Novel ini adalah salah satu mimpi kita yang terwujud. Sebenernya mimpi bisa di kejar dengan kerja keras. Kalau temen-temen punya mimpi, apapun itu, sesulit apapun, Kejar mimpi itu dan wujudkan. Karena Tuhan nggak tidur. Tuhan pasti bantu siapa yang mau bersungguh-sungguh dan berusaha keras.
Awal kita cetak. Kita nggak berani nyetak banyak. Cuma ada beberapa puluh copy. Takutnya nggak ada yang beli. Nggak tahunya semuanya habis dalam tiga hari. Cuma tersisa dua copy.  Satu buat aku dan satunya lagi buat niluh. Bahkan ada juga yang sampai nanyain kita buat versi PDFnya novel ini atau nggak. Kita bener-bener nggak nyangka bakal sampai kayak gitu respon temen-temen. Ada yang bilang novelnya bagus, di aminin aja deh. :D semoga beneran bagus. makasiii  banget teman-teman. Tanpa kalian kita nggak ada artinya. :)

Emmmm… sekarang apa yang sedang kita lakukan? Yang pasti masih Kuliah :D masuk semester tiga. Masih tetep nulis juga pastinya. Ini baru awal dan kita belum ada apa-apanya dibanding orang-orang yang bukunya udah dipajang dimana-mana. Kita masih butiran kecil banget untuk menjadi penulis hebat. Tapi nggak papa:D Kita tetep berusaha lebih keras lagi untuk menjadi yang terbaik!  

Menjadi hebat adalah pilihan hidup bukan takdir. SEMANGAT!

Salam