Minggu, 01 Januari 2012

CEMBURU


Apa yang kau rasakan jika kekasihmu masih memikirkan perempuan lain ketika ia bersamamu?
Masih mencintai perempuan lain ketika ia menghabiskan waktunya bersamamu?
Masih merindukan perempuan lain ketika ia menggenggam tanganmu?
Kau sangat mencintai kekasihmu itu.
Kau sama sekali tak meminta apapun darinya.
Kecuali satu, hatinya.
Kau ingin hatinya untukmu.

Tapi lihat. Lihat dia. Dia. Perempuan busuk yang mengambil hati kekasihmu. Hubungan mereka tak selama kau dengan kekasihmu. Apa yang ia berikan juga tak lebih dari yang kau berikan pada kekasihmu. JAHANAM! Apa yang kau lakukan pada kekasihku sehingga tiap detiknya telingaku harus tersiksa oleh namamu. Aku ingin kau mati! Aku ingin kau tak pernah ada dalam hidup kekasihku.
                Tapi hati memang lancar bicara. Tak seperti mulut yang kaku berkata. Setiap kekasihmu menyebut namanya kau hanya bisa diam. Diam. Diam. DIAM. Karena itu satu satunya yang bisa kau lakukan. Ketika kau marah pada kekasihmu, maka ia akan balik memarahimu. Itulah kekasihmu. Kau harus bersabar. Karena itu yang membuatnya tetap bersamamu. Tetap disampingmu.
                Apapun kau lakukan untuk merebut hati kekasihmu. Kau rela lelah. Kau rela mati untuknya. Apapun yang bisa kau berikan padanya, pasti kau berikan. Apa yang ia inginkan, pasti kau turuti. Karena kau mencintainya. Benar-benar mencintainya. Tapi lihat, apa yang kekasihmu lakukan padamu. Dia menyebut nama perempuan itu. Lagi. Lagi. LAGI? Ini untuk ke berapa kali sayang? Hatimu remuk. Patah berjatuhan. Kau membiarkan mulut kekasihmu menyebut namanya. Bercerita tentang perempuan busuk itu lagi padamu. Sementara hatimu. Hancur. Sanggupkah kau membayangkan sakitnya? Kau sudah melakukan apapun untuk kekasihmu. Kau rela kesucianmu direngutnya. Tapi dihatinya tak ada namamu. Yang ada nama perempuan lain. Perempuan jahanam.
                Kau ingin mengiris nadimu? Kau ingin mati? Iya. Jika aku menjadi kau aku juga pasti ingin melakukannya. Tapi tentu saja sestelah aku menyingkirkan nama perempuan itu dari hati kekasihku. Aku ingin membunuh perempuan itu. Aku ingin perempuan itu mati lebih dulu! Aku ingin kekasihku tahu, jika aku mencintainya. Jika aku yang paling mencintainya. Lebih dari siapapun.
                Kekasihmu itu. Membual. Katanya ia akan hidup selamanya denganmu. Katanya Cuma kamu yang mengisi hatinya. Mengisi dadany. Tapi, lihat. Apa yang ia lakukan padamu. Malam ini ia kembali mereobek hatimu. Ia tahu kau terluka, tapi ia sama sekali tak ingin tahu. Tak ingin berkata maaf. Dia tak perduli padamu.
                Air matamu mengalir. Membasahi lantai yang penuh dengan darahmu. Entah darah darimana saja. mungkin darah tikus. Darah mensturasi. Atau darah apa saja boleh. Kau ingin tenang malam ini. Tapi kau benar-benar tak bisa. Di otak mu hanya ada kekasihmu itu dan perempuan jahanamnya.
                Akhirnya, lagi lagi kau menegak obat tidur. Ini hal buruk kedua yang sering kau lakukan ketika kau merasa terlalu sakit untuk hidup normal. Oh ya, aku lupa memberitahumu. Hal buruk pertama yang sering kau lakukan adalah menyayat kulitmu. Dengan benda apapun. Pisau dapur, jarum, pines, atau apapun. Ketika darahnya merembes keluar. Rasa tenang mengikutinya. Dan akhirnya kau dapat tertidur. Tidur yang sakit.
                Suatu hari ketika kekasihmu melakukan hal yang sama padamu. Lebih buruknya kali ini ia melakukannya setelah ia bercinta denganmu. Kekasihmu kembali menyebut nama perempuan itu. Perempuan bangsat itu. Hatimu remuk sejak sore tadi. Terus remuk hingga kau berusaha setenang mungkin didepan kekasihmu. Padahal pikiranmu terbang kemana mana. Melayang ke semua luka yang dibuat kekasihmu. Kau ingin marah. Tapi kau tak bisa melakukannya.
                Kau menelan kesakitanmu sendiri. Seperti menelan lendir yang bercampur air ludah. Sangat susah. Sebab kau sama sekali tak ingin menelannya. Kau hanya tak ingin bertengkar dengan kekasihmu. Kau hanya menjaga hubunganmu dengan kekasihmu. Kau hanya ingin tak ada pertikaian. Karena kau sangat menyayangi kekasihmu. Sementara kau, kau yang harus menikmati lukamu. Memendamnya jauh jauh di dalam hatimu. Agar air matamu tak meluber kemana mana. Kau hanya ingin, kau dan kekasihmu baik-baik saja. sebab kau sangat mencintai kekasihmu.
                Tapi malam berkata lain. Malam memberikan kau waktu yang terlalu panjang untuk kau merasakan sakit. Malam kembali meneteskan air garam pada lukamu. Membuatmu merintih. Dan ini benar-benar membuatmu sakit.
                Kau mencoba bersembunyi di balik selimut hangatmu untuk mendapatkan ketenangan. Tapi tak berhasil. Kau panik. Kau meminum semua obat yang ada di dalam tas mu. Obat apa saja. kau hanya ingin tidur. Tidur, dan semuanya akan tak terasa sakit. Dan benar, obat-obatan itu berhasil membuatmu tertidur. Kau merasa tenang. Tenang yang sesungguhnya sakit.
                Hingga pagi menjemput. Sinar matahari memaksa masuk kedalam matamu. Kau membuka matamu perlahan. Membiasakan sedikit demi sedikit cahaya untuk mengisi pupil matamu. Tanganmu digenggam oleh seseorang yang sedang menangis. Siapa dia? Dari ubun-ubunnya saja kau tahu, jika dia adalah kekasihmu. Kau menggerak-gerakan tanganmu, memberi tahu pada kekasihmu itu jika kau sudah terbangun dari tidurmu. Kekasihmu menyadari gerakan kecil di tanganmu serta mata indahmu yang sedikit demi sedikit terbuka. Ia tersenyum,
                “Kamu udah baikan sayang?” Tanya kekasihmu. Ia mencemaskanmu.
                “Udah, tapi mataku berat banget rasanya…”
                “Kamu kenapa? Kamu marah sama aku?”
                “Nggak…” Jawabmu datar.
                “Kamu kenapa sayang? Aku kuatir sama kamu..” kata kekasihmu dan ia mulai menangis.
Kamu membelainya. Mencoba menghapus butiran air mata yang jatuh di pipinya.
                “Aku nggak papa.. Udah jangan nangis,” Jawabmu lembut, dan kamu memeluknya.
                “Nggak papa apanya? tangan kamu, kamu sayat-sayat kayak gini kamu bilang ngga papa…”
                “Udah, nggak usah dibahas.. Aku sayang sama kamu ”
                “Denger, sebentar lagi kita nikah. Aku nggak mau kamu kayak gini lagi.. Aku nggak suka…”
                “Aku ngerti. Maafin aku sayang,”
                “Apa aku yang buat kamu kaya gini sayang?”
Kamu terdiam. Mencoba menelan kebohongan dari mulutmu.
                “Udah… nggak papa… nggak usah dipikir lagi,”
                “Gimana aku nggak mikir. Kamu sampai kaya gini dan itu semua pasti karena aku. Meski aku nggak tahu salahku dimana, maafin aku sayang… aku nggak mau kamu kaya gini lagi…”
Kekasihmu mengeratkan pelukannya di tubuhmu.
                “Aku takut kehilangan kamu. Aku takut kamu mati…” Kata kekasihmu.
                “Aku Cuma tidur, aku belum mau mati sayang….”
                “Iya, tapi aku bener-bener takut kehilangan kamu..”
Kamu terdiam.
                “Aku juga. Aku cinta sama kamu..” jawabmu kemudian.
Dunia serasa berada di tanganmu. Kau merasa benar-benar dekat dengan kekasih yang menyita hatimu.  Andaikan waktu akan terus berada di detik-detik seperti itu. Tapi ku ingatkan padamu jika kau dan aku sama sekali tak mengerti apa yang terjadi pada menit-menit kemudian. Mungkin saja hatimu akan tergores oleh nama perempuan lain yang diucap oleh mulut kekasihmu. Apapun itu, aku hanya ingin hatimu tak lagi mudah terbakar. Aku ingin kau lebih mempercayai kekasihmu. Sebab tahukah kau? Jika kekasih yang paling mencintaimu adalah kekasih yang menikahimu.  Kubisikan rahasia kecil ini padamu, agar kelak kau menjadi perempuan yang bahagia.