Rabu, 29 April 2020

Random tought

Tahu tidak? Di dunia ini banyak sekali hal yang tidak berani aku baca. Takut sedih. Takut sakit jika membacanya. Takut tak berani menggapainya, karena ini dan itu. Diantaranya, biografi Najwa Shihab yang kabarnya menikah di usia 20 tahun. Bagiku dia impianku, menjadi perempuan yang hebat. Aku ingin baca, tapi takut sesak dadaku. Karena melangkah ke kota lain untuk belajar pun kini sudah sulit hampir-hampir tidak bisa. Seperti dikurung dan dilumpuhkan agar terlihat lemah dan orang lain terlihat lebih kuat. Sungguh aku benci keadaan ini. Merasa dilemahkan. Dan pengecut sekali orang yang melemahkan itu, melemahkan orang lain hanya agar dia terlihat kuat.

Ada lagi yang tidak aku berani aku baca, berkuliah di luar negeri sambil bawa anak. Hahaha. Masih mimpi ya kuliah di luar negeri. Aku memang keras kepala. Heheh. Tapi, terbentur restu sana sini. Sebelum menikah, terbentur restu orang tua, setelah menikah terbentur restu lebih banyak lagi, orang tua, mertua, suami. Aku merasa di tipu. Kata orangtuaku aku boleh ke luar negeri asal sudah menikah. Itu iming-iming menikah yang paling menggiurkan bagiku. Kata suamiku sebelum menikah, aku boleh menyelesaikan S2ku dulu, tapi beberapa hari setelah menikah aku disuruh cepat cepat hamil. Nyatanya, setelah menikah aku dituntut cepat kaya, punya anak cepat, mengurusi suami, belum lagi mertua yang tuntutanya nggak kalah menyebalkan, hingga kuliah S2ku dulu terbengkalai. Ya aku sempat S2, tapi tidak tamat. Aku mengurus anak. Suamiku sibuk dan tidak bisa mengantarku kuliah di kota asalku. Sedih sekali.. Melihat teman bergelar master. 

Aku menangis sendiri. Tidak ada teman, aku sangat kesepian dan tentu saja tak bisa curhat sembarangan. Aku merasa dikucilkan.. Semua orang menuntut tanpa mau mengerti segelintir hal yang aku mau. Aku cuma ingin sekolah, apa itu berlebihan? Aku cuma ingin mempunyai arti, memperjuangkan sedikit hal yang aku mau tapi terlalu banyak ditentang dengan restu yang anehnya terus aku cari. Aku seperti dibodohkan. 

Hidupku kehilangan arti. Tidak penting untuk siapapun. Menjadi figuran. Bukan peran utama. Dunia ini serasa berputar bukan untuk aku. 

Lalu, apakah aku harus keras kepala? Mengejar mimpi dan mengabaikan semua semuanya. Membiarkan orang lain mengomel, tidak merestui bahkan membiarkan mereka terus berkata apa saja. Hahaha. Sepertinya. Aku harus lebih berani.

Jumat, 10 April 2020

2020


2020 ini mengajarkan kita banyak hal berarti, bahwasanya kita sebenernya dilahirkan sendiri, mati pun juga sendiri, dan kita nggak pernah memiliki kuasa apapun atas apa yang terjadi dengan dunia ini. 
.
Syukuri orang-orang yang kita sayangi dan masih diizinkan ada di samping kita, meski mungkin tidak semua. Terperangkap bersama, menjalani hari untuk tetap bertahan. 
.
Ada orang yang kita sayangi tapi kini berjauhan? Dan kita seperti tak punya kuasa untuk bertemu, doakan saja. Semoga mereka bertahan dan baik-baik saja hingga badai ini berlalu.
.
Pertemuan memiliki arti yang mendalam. Coba ingat lagi kapan terakhir bertemu orang-orang yang kita sayangi namun kini berjauhan itu, mungkin pada saat bertemu kita nggak pernah berpikir kita tidak akan bertemu dalam waktu yang lama, atau yang paling menakutkan bisa juga itu terakhir kalinya kita melihat mereka.
.
Itu sebabnya penting untuk membuat orang lain tersenyum dalam setiap pertemuan, membuat orang lain bahagia, bukan mencela apa saja pada diri orang itu dan membuatnya menangis pada pertemuan. Karena bisa jadi itu yang terakhir dan akan menjadi kesan terakhir sebelum perpisahan. Menyakiti orang lain bisa jadi dosa yang dibawa mati.
.
2020 mengajarkan kita bahwasanya kita ini hanya sebutir nasi dari dunia ini, jadi apa yang bisa disombongkan sebagai manusia? Tidak ada.
.
Bersyukur, berbuat baik, berbagi selagi bisa, saling merangkul sesama, memberi arti untuk hidup, sepertinya akan menjadi hal yang terbaik yang masih bisa dilakukan. 
.
Kita nggak akan tahu, kapan terakhir kali kita melihat dunia dan yang terbaik adalah bisa memeberi arti bagi sesama.
.
#2020 #corona #quarantine