Nggak
kerasa udah hampir setahun menikmati masa lajang atau biasa disebut jomblo. Antara
meragukan diri sendiri dan semakin nggak percaya diri. Apa aku nggak laku ya? Aku
jelek? Jangan-jangan aku homo? Jangan sampai lah ya…hahahha. Mulai muncul
pertanyaan-pertanyaan aneh dalam otak.
Singkat
cerita setelah dikhianati seseorang yang membuat hidupku kerasa kejungkir, ( Kaya
jatuh dari lantai paling atas gedung rektorat tepatnya). Sepertinya aku
mengalami trauma dan ini parah. Aku bersyukur masih bisa kuliah di tempat yang
cukup bagus. Ya karena memang putusnya
habis SNMPTN. Hehehehe. Dan kejadian putus itu sepertinya membuat aku terlalu
freak sama makhluk-makhluk di sekitarku. Mulai nggak perduli, nggak ngurus kata
orang. Nggak tahu juga apa yang aku pikir karena aku nggak mau mikir. Males. Berantakan.
Kacau. Oh god, mau sampai kapan? Aku mencoba move on dan itu susahnya setengah
mati. Mulai berusaha menjalani hidup dengan normal seperti manusia lain. Belajar
hidup berdampingan, bukan sendiri. Belajar
perduli meski sebenernya aku nggak mau tahu sama sekali. Belajar dengerin
orang. Belajar tersenyum. Belajar ngomong sama orang, yang terakhir itu hal
tersulit yang harus aku pelajari setelah kejadian putus itu. Bukan gagu’ sih. Cuma
nggak tahu kenapa aku jadi susah ngomong sama orang lain. Aku juga jadi susah
percaya sama orang. Apa iya sekacau itu aku setelah putus? Aku nggak tahu. Yang
jelas banyak hal berubah dalam hidupku.
Aku
gak punya rasa. Aku nggak bisa suka sama siapa-siapa. Kacau. Mulai ngerasa ada
yang salah dalam diriku, atau dalam kurung aku mulai nggak normal karena
trauma. Aku mulai ragu dengan perasaanku yang kerasa mati. Masa iya aku jadi
abnormal setelah putus? Mati aku! Hahahha alay!. Nggak kok, nggakk… bercanda… Aku
masih bisa lihat cowok kok, (nggak harus ganteng) Masih bisa suka juga. Ya sekedar
suka, kalau dia udah nggak ada di depan mata juga aku udah lupa. Tapi yang
jelas aku masih bisa merasa.
Setelah
putus. Kayaknya hidupku nggak ada tujuannya. Aku nggak tahu mau kemana, nggak
tahu mau ngapain dan yang pasti aku nggak pernah bersemangat menghadapi apapun.
Hidup kayak patung. Diem, nglamun, nangis kayak gitu terus selama
berbulan-bulan. Nggak pernah juga bisa ceirita, kayaknya semua orang udah muak
denger aku sakit ati. Kayaknya udah basi. Udah lama banget. Tapi bagi aku,
sakitnya tetep. Masih ada. Dan aku nggak tahu sampai kapan.
Mulai
buka mata, aku mulai nulis apa aja yang aku rasain. Judulnya Jantung Hati, Aku
kasih nama gitu, karena orang yang udah buat aku sekacau ini dulu sebut aku
jantung hatinya dia. Nggak tahu ini so sweet apa alay. Meski mungkin terdengar
aneh dipanggil jantung hati, tapi aku dulu seneng, hehehehhe
Kadang
perlu berliter-liter air mata saat aku nulis. Sakitnya dateng lagi. Sampai akhirnya
berkas itu numpuk dan coba aku baca ulang. Aku ketik ulang, pelan-pelan, tapi
ya nggak sepelan siput. Dan akhirnya catatan Jantung Hati itu jadi sebuah mini
novel yang sekarang dalam proses penerbitan. PROKK…PROKK…PROKK!:D ada hikmahnya
juga aku putus. Sampai buat novel. Ya allah.. sampai segitunya..
Pernah
aku nyoba curhat sama temen, dan dia bilang mau nggak mau, bisa nggak bisa. Ada
rasa, atau nggak ada rasa aku harus mulai jalanin hubungan baru sama cowok
manapun biar aku nggak trauma lagi. Tapi kayaknya manusia juga bisa salah. Dan aku
rasa temenku buat kesalahan dengan konsepnya itu. Jalani sesuatu yang nggak pingin
kita jalani itu rasanya sama kaya mau mati. Ya daripada kesiksa kayak gitu,
hidup Cuma sekali juga. Kali ini aku nggak nurut apa kata temenku.
Habis
putus kayak ada dua jalan di depanku. Mau menjalani hubungan baru sama
seseorang tapi aku kesiksa atau
ngejalanin hidup sendiri dan aku bebas jadi apa aja yang aku mau. Aku pilih
yang kedua. :). Nggak
selamanya putus itu menderita, nggak selamanya sendiri itu menyedihkan. Kadang
dengan putus, dengan sendiri kita malah bisa di lebih hebat. Kuncinya Cuma satu,
percaya. Percaya sama diri sendiri. Percaya kalau kita bisa dapatkan apa yang
kita mau.
Kembali
ke permasalahan, Kapan aku punya pacar? Rasanya senyum-senyum sendiri denger
pertanyaan ini. Setelah di pikir-pikir. Pacar itu nggak usah dicari lagi. Nggak
usah juga di paksa-paksain pacaran kalau emang nggak ada rasa. Let it flow
mamen~ jalani aja, jalani hidup kaya apa yang kita pingin. Suatu hari nanti
nggak tahu dimana kita pasti ketemu kok sama jodoh kita. Tuhan nggak
menciptakan makhluknya sendirian. Tuhan menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan.
Ayah dan Ibu. Romeo dan Juliet. Rama dan Sinta. Aku dan Kamu. Ya, kamu yang aku
sendiri nggak tahu siapa :)