Selasa, 30 Juli 2013

TIPS MENERBITKAN BUKU

                Kalau teman-teman pikir Cuma penulis senior aja yang boleh menerbitkan buku? Itu salah besar! Setiap orang sah-sah aja menerbitkan buku. Penerbitanpun sekarang udah menjamur dimana-mana. Prosesnya juga udah nggak serumit dulu. Tapi tunggu dulu meski kelihatannya mudah, jangan sembarang menerbitkan dan memilih penerbitan yang belum bonafit. Berikut ada sedikit tips-tips dari saya, Semoga bermanfaat buat teman-teman, Check this out!

1.       KENALI PENERBITAN

Menjamurnya penerbitan di jaman sekarang kadang bikin kita bingung. Terlebih lagi untuk penulis-penulis pemula seperti saya juga misalnya. Kita pasti sering bertanya-tanya sendiri Penerbit ini bisa di percaya gak ya? Penerbit yang tepat yang gimana? Gimana sih caranya nerbitin buku yang bisa masuk ke toko buku? Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali penerbitan. Kalau penerbitannya ada di dalam kota sendiri, kita bisa datang ke kantornya langsung buat sekedar tanya-tanya. Nggak usah bawa naskah kita dulu! Kenapa begitu, takutnya nanti mereka langsung ngambil dan menggarap naskah kita meskipun kita belum yakin dan percaya dengan penerbitan tersebut. Jadi sia-sia kan-.-..


2.       CARI PENERBITAN YANG BONAFIT

Penerbitan yang bonafit minimal punya kantor, punya perjanjian hitam di atas putih. Kalau ngakunya penerbitan tapi nggak ada kantornya nggak ada perjanjian hitam di atas putih itu sih namanya PERCETAKAN! Oke teman-teman. Jangan mudah percaya apalagi sampai membayar biaya penerbitan terlebih dahulu tanpa adanya perjanjian! Banyak penipuan loh.. Kasihan kan kalau misalkan ada kerabat kita yang susah-susah nulis buku tapi malah ditipu sama penerbitan abal-abal tersebut.

3.      
LIHAT PROSPEK PENERBITAN

Ehem. Adanya penerbitan Indi atau penerbitan Independent itu memang memudahkan para konsumen yang pingin nerbitin buku. Tapi teman-teman juga harus paham penerbitan Indi itu cara kerjanya gimana. Dan lagi-lagi kalau misalkan buku kita udah terbit gitu gimana masarinnya? Pemasaran oleh siapa dan gimana caranya. Itu semua harus jelas dan transparan. Berdasarkan pengalaman saya nih, Saya pernah tanya ke sebuah toko buku terkenal di Indonesia. Saya tanya langsung kalau buku dari penerbit Indi bisa masuk gak ya ke toko buku ini, dan manager toko buku itu langsung menjawab,
                “Maaf mbak, kalau penerbit Indi saya rasa hasil bukunya pun kurang memenuhi standard kecuali kalau konsumennya udah banyak mungkin masih bisa dipertimbangkan untuk masuk ke toko buku ini..”
Oh gitu toh ternyata. Jadi sebelum menerbitkan buku, terlebih dahulu kita harus bener-bener paham hal-hal seperti ini. Kita harus bener-bener tahu prospek penerbitan yang mau kita pakai. Sebenernya nggak ada yang salah kok pake penerbitan Indi maupun penerbitan yang udah ternama.
Keduanya ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

No
Masalah
Indi
Ternama
1.
Di terimanya naskah
Sangat Mudah
Sulit
2.
Biaya Penerbitan
Kebanyakan ditanggung sendiri
Bermacam-macam, tergantung perjanjian. Kalau di penerbitan yang saya pakai sekarang ada beberapa optionnya. Option tersebut tentunya mempengaruhi royalty.
3.
Prospek masuk ke toko buku
Kurang
Bagus
4.
Royalti
Biasanya sepenuhnya milik penulis
Tentu saja tergantung penerbit J
5.
Di anjurkan untuk
-Penulis pemula (untuk mencari nama dan pengalaman)

-Penulis dengan konsumen yang sudah jelas. (Misal dosen menerbitkan buku yang wajib dibeli mahasiswanya)

-Penulis yang sudah terkenal.





                                              

4.       ROYALTI

Ini yang banyak menjadi pertimbangan para penulis untuk menerbitkan buku. Royalti memang menjadi polemic yang sering dibicarakan para penulis. Tapi ada baiknya untuk tidak berharap terlalu tinggi pada royalti. Terlebih lagi untuk penulis-penulis pemula. Saya sarankan anda untuk lebih mengenali siapa diri anda. Jelas tidak sebanding jika anda membandingkan royalty yang anda peroleh dengan yang diperoleh oleh penulis-penulis yang sudah ternama. Yang penting buku anda terbit dulu! Menjadi penulis ternama adalah proses. Penulis ternama pasti juga pernah berada pada tahap seperti anda.

5.       PENTINGNYA KOMUNITAS

Baik diterbitkan sendiri maupun di terbitkan oleh penerbitan ternama komunitas sangat dibutuhkan oleh para penulis. Selain untuk berbagi. Komunitas bisa menjadi sasaran yang tepat pemasaran buku teman-teman J. Terutama untuk penulis pemula, seperti saya juga misalnya. Komunitas sangat dibutuhkan! J. Jadi sudah bukan jamannya lagi penulis identik dengan orang pendiam, kuper seperti yang ada di film-film jaman dulu. Penulis modern adalah penulis yang memiliki jaringan pertemanan dan komunitas yang banyak. J!

6.       ORANG YANG MENERBITKAN SATU BUKU LEBIH BAIK DARI YANG BELUM PERNAH MENERBITKAN SAMA SEKALI

Ubah mindset anda. Jangan percaya jika banyak orang lebih hebat dari anda. Lebih senior dari anda. Kalau mereka belum memiliki karya yang di akui, sedangkan anda sudah. Itu artinya anda lebih hebat dari orang tersebut. Orang yang menerbitkan satu buku lebih baik dari pada yang belum pernah menerbitkan sama sekali. Secara otomatis orang yang menerbitkan dua buku juga lebih baik dari yang menerbitkan satu buku! J Itu sebabnya anda harus bergerak cepat. Hancurkan anggapan orang-orang yang menjudge anda sebagai pemula dan belum bisa apa-apa. Tunjukkan pada mereka kalau ANDA LEBIH HEBAT DARI MEREKA!

7.       JADILAH PENULIS YANG CEPAT

Keuntungan menjadi penulis yang cepat dan aktif adalah anda bisa maju jauh dari penulis yang lambat. Penulis yang cepat adalah penulis yang memulai menulis dan menyelesaikan ceritanya setelah membaca artikel ini J. Sedangkan penulis yang lambat tentu saja langsung menutup  artikel ini dan membiarkannya sebagai bualan belaka. Percayalah penulis ternama hanya terdiri penulis-penulis cepat yang bersemangat. Waktu terus berjalan, kita tumbuh semakin tua setiap hari. Saya saja menyesal kenapa di usia ke delapan belas saya saya baru bisa menerbitkan buku. Padahal saya sudah menggeluti dunia tulis menulis sejak saya duduk di kelas enam SD. Cukup saya sia-siakan enam tahun itu tanpa arti dan saya hanya menjadi penulis ilusi. Penulis khayalan yang tidak memiliki karya.

8.       JANGAN TERLALU LAMA BERMIMPI. KERJAKAN MIMPI ANDA!

Jika anda ingin menjadi penulis ternama dan anda tidak melakukan apapun itu artinya anda hanya sedang berangan-angan. Mimpi itu untuk di kejar dan di wujudkan. Percayalah anda pasti bisa mewujudkannya. Tak perduli berapa kali anda terjatuh anda harus tetap percaya dan semangat anda bisa meraih mimpi anda.

9.       BERBAGILAH, JANGAN PELIT INFORMASI!

Berbagilah dengan teman-teman anda. Semakin anda berbagi semakin anda menjadi orang yang di cintai. Jangan pernah merasa sombong atas apa yang anda raih. Kesombongan hanya akan menghancurkan anda. Terus bagikan informasi tentang apa yang anda tahu dan bantulah sesama jika ada yang meminta. Jadilah penulis yang baik J!

10.   SELESAIKAN, TERBITKAN DAN JADILAH ORANG HEBAT!

Tunggu apa lagi? Buka kembali laptop dan catatan anda. Selesaikan tulisan-tulisan yang belum selesai. Buatlah date line kapan anda harus menyelesaikan tulisan anda. Semakin cepat semakin baik. Terbitkan karya anda! Dan buat pengakuan dari orang-orang yang pernah menjudge anda sebagai pemula jika anda adalah penulis yang hebat dan tidak bisa dipandang sebelah mata! Percayalah, tuhan selalu membantu hambanya yang berusahaJ!

Semoga bermanfaat untuk teman-teman J ,
Salam semangat



Anisa Elianti (Penulis buku Jantung Hati Kejora & Perempuan)
Buku bisa di dapatkan di toko buku TOGA MAS J
Atau untuk beli ONLINE bisa hubungi  087859629409

Senin, 29 Juli 2013

PUBLISH YOUR BOOK!

                Setiap penulis pasti ingin punya karya? Bener gak sih kalau aku bilang gini? Kayaknya bener deh. Menurutku “The real writer” emang wajib punya karya. Jangan ngaku penulis kalau belum punya karya! Hehehehehe. Karya yang baik tentunya nggak untuk disimpan aja dalam laptop teman-teman, tapi perlu juga dipubilkasikan. Biar orang lain baca, biar orang lain tahu kalau teman-teman adalah “The real writer” ciyeeee :D  . Cara publikasi karya macem-macem, misalnya dikirimkan ke  surat kabar atau bisa juga di jadiin BUKU.

BUKU? SUSAH GAK SIH BUATNYA?

                Pertanyaan seperti ini pernah bersarang di benakku dua tahun lalu. Yah.. jaman-jaman aku masih unyu-unyu, jaman-jaman Cuma nulis di note facebook atau sesekali nulis di blog tapi nggak ada yang baca, nggak ada yang nge-LIKE sedih banget. Mentok-mentok yang nge-LIKE di Fb juga 20 orang, itu udah paling banyak sedangkan di blog waktu itu visitorku masih sepi banget. Mungkin karena belum tahu gimana cara ngelola blog yang baik kali ya.. Ya meski sampai sekarang juga sebenernya aku masih nggak tahu gimana caranya-.-.

JATUH BANGUN TULISANKU
               
              Aku pernah coba segala macam cara untuk publish tulisanku. Pernah ngirim ke surat kabar, berkali-kali bahkan. Kalau di hitung mungkin jumlahnya ratusan. Mulai kirim langsung sampai via email, tapi yang sering kali aku dapat adalah :


Sakit men >.<! hahahaha

Tapi aku nggak putus asa. Aku terus kirim dan kirim terus ke majalah-majalah lain ataupun juga surat kabar lain. Alhasil, ada juga yang dimuat juga kaya ini 

                Tapi memang sih, kalau Cuma mengandalkan ngirim ke majalah-majalah atau surat kabar kemungkinan diterimanya adalah 50 : 1. Jadi, lima puluh kali kita ngirim, kemungkinan diterimanya Cuma sekali. Jumlah ini aku hitung dari jumlah kegagalan dan surat penolakan yang pernah aku terima. Huhu u___u.  Tapi tenang aja, kemungkinan ini pasti beda-beda tiap orang. J
                Ngirim lima puluh karya dan Cuma dimuat sekali itu CAPEK! SEBEL! Dan USELESS banget! Karena karya yang udah kita kirim itu nggak boleh dipakai lagi. Kalau sampai karya tersebut diterbitkan di dua majalah yang berbeda dan ketahuan masing-masing pihak bisa-bisa kita di BLACK LIST! Dan karya kita nggak akan pernah dimuat di kedua majalah tersebut. Kemungkinan kayak gini kecil, tapi bisa aja terjadi. Jadi dari pada ambil resiko, mending satu karya hanya dikirim ke satu penerbit aja J!
                Kalau perhitunganku bener kemungkinan diterima Cuma 50 : 1. Berarti dari 50 karya, 49 karyanya sia-sia kebuang dong??!! Hmh Rugi banget sumpah. Dari pengalaman ini aku belajar banyak. Dari pada ngirim karya dan kemungkinan diterimanya Cuma segitu, gimana kalau terbitin karya kita sendiri?

                “INDEPENDENT WRITING”

Apaan tuh? Istilah kaya gitu mulai aku kenal sejak masuk kuliah tahun 2011. Awalnya aku lihat kakak tingkatku yang waktu itu nerbitin karyanya sendiri (cetak-cetak sendiri jual-jual sendiri) :D namanya Mbak Linda sama Mas Fahmi :). Lalu istilah itu semakin nggak asing lagi setelah ada penulis yang karyanya lumayan banyak dan dia ngadain acara bedah buku di fakultasku. Aku lupa namanya tapi penulis itu juga “Independent Writing” jadi semua karyanya diterbitkan dengan biaya sendiri.
                Keren juga bisa punya buku dengan cara kayak gitu. Yaudah aku coba nulis buku. Karena nggak pede jalan sendirian takut bingung dan gimana-gimana aku nulis bukunya bareng-bareng sama sahabat+partner setiaku, Ni Luh Ayu Sukma J
Ini fotonya :

*kiri : Anisa Elianti (Aku), Kanan : Ni Luh Ayu Sukma.

Itu sebabnya kenapa nama pena kita “Sukma Elianti”. Nama itu diambil dari nama belakang kita masing-masing . Ni Luh Ayu Sukma & Anisa Elianti.

                Nerbitin buku sendiri susah gak sih? Gampang kok tinggal cetak aja. Tapi kendalanya ada di dana. Yah maklum Kita berdua Cuma mahasiswa dengan uang saku yang gak banyak-banyak banget. Terlebih lagi kita berdua boros, susah nyimpen duit L susah pokoknya!! Tapi keinginan kita kuat. Kita harus punya BUKU! Akhirnya kita nabung deh. Dibela-belain sumpah sampai bawa-bawa bekal buat berhemat uang. Ckckckkck! :D Mungkin ini hal paling mengenaskan yang pernah kita lakuin tapi nggak papa. Kerja keras kita akhirnya membuahkan hasil :D
Taraaa:DDDD \m/

#BUKU PERTAMA : JANTUNG HATI KEJORA
By : Sukma Elianti
Publisher :Donat Sastra
Tanggal terbit : 18 Juli 2012


Kita nyetak buku ini dibantu Mas Fahmi dan Mbak Linda =D. Thanks Kakak-Kakak =D.  Waktu itu cetakan kita nggak banyak, nggak sampai lima puluh eksemplar tapi Alhamdulillah tiga hari SOLD OUT! J dan kita udah cukup seneng. Dari situ akhirnya kita dapat sedikit pengakuan sebagai penulis. Ciye ciyeee…

JADI PENULIS PERLU DANA?

                Iya emang. Kayaknya emang hari gini nggak ada yang gratis. Kita sempet putus asa, sempet kecewa sama mimpi kita yang ternyata harus di kejar pakai duit. Sedangkan kita sendiri belum kerja. Duit dari mana coba? Satu hal yang jelas dan pasti. Kita nggak akan pernah minta sepeserpun ke orang tua kita untuk bayar biaya penerbitan. Nggak akan pernah! Kita nggak mau nyusahin, nggak mau dianggap manja. Ini mimpi kita, jadi harus kita kejar sendiri! Jatuh bangunnya ya biar Cuma kita yang tahu. Biar Cuma kita yang rasain. Orang tua kita cukup tahu kalau kita baik-baik aja, dan kita bisa berhasil suatu hari nanti.
***
                Aku sama Ni Luh sering mampir ke perpus kota kalau jam kosong. Bukan buat baca buku si sebenernya. Tapi buat mampir ke bakso yang ada di kantin perpus-____- (Jujur banget). Sampai suatu hari aku nemuin brosur iklan Penerbitan “BAYU MEDIA” yang ditempel di papan pengumuman. Aku coba hubungin penerbitan tersebut dengan ajak Ni Luh juga tentunya. Dari brosur itu kita kenal sama seseorang yang bantu kita banget namanya Mas Gede :D. Orangnya baik banget.
                Setelah kontak sama Mas Gede, pertama-tama kita kita ngumpulin cerpen-cerpen kita yang mulai berjamur di laptop. Nggak lama setelah itu kita stor naskah ke Mas Gede. Cuma tiga hari, dan naskah kita udah di lay-out K. Naskah dikembalikan lagi ke kita buat kita edit. Waktu itu penerbitan minta kita 50 : 50. Artinya biaya penerbitan ditanggung kita separuh dan sisanya ditanggung penerbitan. Aku sama Ni Luh sempet kedip-kedip bingung. Yang lagi-lagi kita pikir adalah duit dari mana? K. Bener lebih ringan dari yang pertama tapi tetep aja kita nggak punya duit K.
                Dua bulan naskah ada ditangan kita dan belum kita serahin lagi ke penerbitan karena kita nggak punya dana buat bayar biaya penerbitan. Sampai akhirnya Mas Gede hubungin kita lagi dan akhirnya BAYU MEDIA mau membiayai penerbitan buku kita 100 persen. Thanks GOD! Kita di modalin :D. Hihihihi. Buku kita dicetak 300 eksemplar J. Tapi sebagai gantinya yang 100 eksemplar harus kita jualin sendiri. Mungkin buat ganti biaya penerbitannya. Sedangkan yang 200 nya disebar di 33 cabang Toko buku TOGA MAS yang ada di Indonesia.
Ini bukunya J

#BUKU KEDUA : PEREMPUAN
By: Sukma Elianti
Tanggal terbit : 4 Juli 2013
Pemesanan masih bisa : HUBUNGI : 087859629409
Tersedia juga di Toko Buku TOGA MAS J

Dari 100 buku yang harus kita jualin sendiri itu Alhamdulillah udah hampir terjual semua dalam waktu kurang dari satu bulan J. Padahal kita lagi libur kuliah, dan yang beli kebanyakan masih orang luar. Kita berharap kalau udah masuk kuliah penjualan buku kita makin JOSS lagi !:D dan suatu hari nanti buku kita bisa jadi BEST SELLER! Amin Amin Amin.
***
                Capek juga nulisnya.. Ini sedikit cerita tentang penerbitan bukuku teman-teman J. Jangan pernah takut gagal dan terus berus berusaha. Karena sekecil apapun usaha pasti membuahkan hasil J! Tuhan kita nggak pernah tidur teman-teman, kalau kita mau berusaha pasti ada jalan J!
                Jangan pernah bermimpi jadi orang yang sukses kalau nggak pernah mau gagal dan gak mau jalanin prosesnya. Mungkin kemarin aku masih ngesot, sekarang sudah merangkak, suatu hari nanti aku percaya pasti bisa berjalan bahkan berlari! J. Nggak ada penulis yang langsung sukses kaya di film-film. Jadi penulis terkenal aja juga pasti butuh proses J . Senang bisa berbagi dengan teman-teman. Tetap berbagi, Jangan sombong dan Semangat \n_________n/!
              
Oh iya kalau mau share dan tanya-tanya seputar kepenulisan dan penerbitan bisa hubungi aku di
Twitter : @icalianti
Aku pasti bales pesan dari teman-teman J.




Sabtu, 27 Juli 2013

KAMERA ISTIMEWA

              Aku bukan perempuan yang buruk rupa. Wajahku lumayan. Lumayan  terlihat cukup cantik diantara teman-temanku. Meski demikian, aku tak lantas memiliki percaya diri yang besar. Bagiku aku hanya satu dari banyak perempuan-perempuan yang lebih istimewa. Aku sering takut berda diantara orang-orang yang tidak kukenal. Aku sering berjalan menunduk. Kurasa selalu ada yang terasa salah dari diriku. Entah apa, aku tak mengerti. Kudengar beberapa lelaki memujaku. Aku perduli pada mereka walaupun tak tahu pasti harus seperti apa aku menanggapi pujaan mereka. Menurutku, aku belum menemukan seseorang yang benar-benar pas denganku.
        Tidak bereda jauh denganmu, Laki-laki yang istimewa. Kudengar beberapa teman wanitaku memujamu. Aku selalu mengiyakan dan mendenga cerita mereka tentangmu meski aku sendiri tak tahu apa yang sesungguhnya mereka puja darimu. Dua sahabatku pernah dekat denganmu meski mereka berdua  berteman. Tapi sama saja kurasa, keduanya hanya dekat lalu tak ada cerita kelanjutanya lagi. Iya, hanya sekedar dekat saja seperti yang sering kulakukan pada lelaki-lelaki itu. Aku mencoba memposisikan dirimu sebagai aku. Mencoba merasionalkan alasan mengapa kau sering dekat dengan banyak perempuan.
         Sudah kukatakan sebelumnya kau Istimewa. Profesimu mudah sekali dekat dengan perempuan-perempuan cantik sekaligus mudah juga untuk menarik perhatian mereka. Fotografer. Profesi yang sempurna bukan? Sama seperti kamera, kau memiliki lensa untuk melihat berpasang-pasang mata terindah di dunia.  Kau juga memiliki flash untuk menebar karismamu pada yang lain. Kau juga memiliki diafragma untuk mengatur intensitas karismamu agar tak terlalu gelap namun juga tak terlalu terang. Tentu saja kau juga memiliki shutter atau pembidik untuk membuat melumpuhkan ribuan pasang mata terindah jatuh hati kepadamu.
          Sangat istimewa bukan? Tapi aku masih tak juga mengerti mengapa sahabat-sahabatku jatuh hati padamu. Aku yakin alasan ini bukan sekedar karena keistimewaanmu. Aku yakin kau memiliki hal lain. Hal yang lebih istimewa tentunya. Aku mencoba mengamati semuanya ketika tadi aku bertemu denganmu. Dari sudut mata hingga ujung kaki, tak ada yang terlewat. Mungkin kau tak merasa, tapi percayalah aku melakukannya dengan seksama. Aku hanya ingin tahu, dari mana kau membuat sahabat-sahabatku jatuh hati.
 
             Aku mendapatkan jawabanya.  Jawaban yang istimewa. Kau berbeda, itu alasan mereka meletakan hati padamu. Kali ini aku benar-benar mengerti jika kau tak sama dengan lelaki kebanyakan. Dari cara bicaramu, aku tahu lau bukan pembual seperti lelaki yang sering kutemui. Dari pengamatanku, kau pekerja keras, saat kawan-kawanmu yang lain sibuk mengemis uang mati-matian pada orang tuanya malah kau mati-matian bekerja. Istimewa sekali bukan? Bila jawaban ini tidak kau setujui, kurasa kau tak berhak untuk mengatur jawaban personal seseorang. Setiap orang  sah-sah saja memiliki personal berbada, dan ini adalah personalku. Jadi ini keistimewaanmu? Pantas saja kau membuat kawan-kawanku meletakkan hatinya kepadamu.
         Tapi pengamatanku terhenti pada suatu titik di tanganmu. Apa itu? di tanganmu? Iya di tanganmu. Kuharap aku salah lihat. Tapi aku yakin dengan pengelihatanku. Aku sudah menyipitkan mataku dan melihat dengan detil bekas di tanganmu. Seperti bekas sayatan yang dalam. Aku pernah mengenal seseorang yang suka menyayat kulitnya sehingga aku benar-benar tahu mana bekas sayatan dan mana bekas goresan benda lain. Aku mencoba merasionalkan pikiranku. Apakah mungkin laki-laki yang sangat istimewa sepertimu memiliki bekas seperti itu? Siapa yang membuatnya? Apakah kau? Apakah laki-laki seistimewa kau pernah dirundung duka yang membuatmu hingga melakukan hal seperti itu? Kau menyadari pengamatanku, kemudian dengan sigap kau menutup lenganmu,

                “ Kamu lihat apa?” Tanyamu,
                “Eng.. enggak.. nggak lihat apa-apa” Jawabku gugup.


            Hai lelaki istimewa. Tak perlu kau sembunyikan. Kurasa luka tak hanya milik manusia tak sempurna, tapi juga manusia istimewa sepertimu. Luka berhak tumbuh dimana saja bahkan dihatimu. Untuk itu, kuberi tahu kau, Jika banyak wanita yang jatuh hati padamu. Jika banyak sekali wanita yang meletakkan hatinya di tanganmu.  Kau sangat istimewa. Kau bisa menjadi pemegang belati untuk banyak hati wanita cantik. Tetap berbaik hatilah, jangan kau buat luka yang melintang di hati mereka. Ku beritahukan ini padamu karena kau benar-benar istimewa.

Jumat, 26 Juli 2013

LUKA LAMA

Seperti yang kau lihat. Aku remuk. Seluruh hatiku kau bawa dan kau meninggalkan aku sendiri disini. Aku seperti kehilangan oksigen untuk bernafas. Kehilangan daya untuk bergerak. Kehilangan semangat untuk bertahan. Sayang, bagaimana bisa kau tetap baik-baik saja sementara kau menghancurkan aku disini. Bagaimana bisa kau mengucap bangga setelah meninggalkanku? Apakah kau bangga dengan ribuan air mata yang kujatuhkan untukmu? Apakah kau bangga dengan menghancurkanku? Manusia macam apa kau? Bagaimana bisa kau berlaku sejahat itu? Aku lihat seluruh mata memandang iba kepadaku. Mungkin mereka mengasihani aku. Mereka memandangku sebagai pengemis cintamu. Silahkan saja. Aku tak perduli orang lain berkata apa tentangku. Aku memang hancur saat kau pergi. Entah mengapa dunia terasa gelap seperti malam sepanjang waktu. Kau berhasil membuatku terjatuh. Kau berhasil mempermalukan aku di depan mereka. Kau BERHASIL Sayang!
                Apakah ini kebahagiaanmu? Apakah dengan menghancurkanku lantas kau merasa bahagia? Kau memang penguasa hatiku. Penguasa seluruh rasa. Aku tak perduli dengan ribuan hari yang telah berlalu tanpa kehadiranmu disini. Yang aku tahu, aku harus tetap bertahan dan melanjutkan hidupku. Aku menulis banyak sekali cerita tentangmu meski mungkin tak pernah kau baca. Mungkin kini ceritaku sudah menembus kotamu. Kota tempat bidadari cinta menyambung hidup. Selalu kubisikan pada sahabat-sahabatmu, Aku memiliki luka yang menguatkanku, luka yang kau buat, luka karena seorang perempuan terlalu jatuh cinta.
Dari luka itu, aku bercerita tentangmu, Sayang.