Kamis, 20 September 2018

ISTRI (satu)

Waktu masih menunjukkan 11.22. Aku masih melangkah entah... Kemana. Mencari teman sepertinya. Tapi tak kujumpai satupun. Kanan kiri adalah remaja mabuk cinta. Jika bukan, maka jomblo sekarat yang terpaku pada masa lalu. Entah, kemana semua teman. Kemana semua istri? Sibuk kah mereka mengganti popok bayi? Lalu keluar ke dunia yang sungguh terasa asing. 


Dipenuhi dengan remaja remaja yang mereka bilang, "alay". Remaja yang alay atau para istri yang sudah tetlalu kikuk dengan perubahan jaman. Para istri kemudian menjadi sangat posesif pada suami. Karena.. Hanya itu dunianya. Itu yang ada dikepalanya dari pagi siang malam. Hai istri, Sesungguhnya apa filosofi dari menikah? Menikah bukan pembodohan. Bukan pengucilan. Beruntunglah para istri yang masih bekerja, setidaknya ada pencapaian lain dalam hidupnya. Pencapaian yang fokusnya pada kemampuan diri. Kenapa setelah menikah merasa sepi? Padahal dulunya sendiri lalu kini berdua bersama suami. Atau bertiga berempat bersama anak. Sepi itu terjadi karena batasan yang mereka buat sendiri. Dunia ini terlalu besar. Terlalu lelah memaksa orang lain sependapat denganmu. Setelah menikah, percayalah akan banyak orang sok tau yang memaksakan pendapatnya padamu. Saat itu juga kau akan mengerti jika tidak semua orang yang lebih tua adalah orang yang lebih baik. Mereka hanya sok tau. Lalu memaksamu sama seperti mereka. 

Istri. Duniamu hiruk pikuk menyebalkan. Kau lebih, artimu lebih dari pendamping saja. Kau lebih dari itu. Kau bukan penjaga rumah, bukan pembantu, bukan baby sister. Kau lebih dari itu. 

Membacalah, belajarlah sesuatu, keluar rumah lah dengan berdandan rapi dan cantik. Banyak yang bilang, cantik seorang istri hanya untuk suami saja. Bagiku tidak, kecantikan itu bukan untuk suamimu saja. Tapi untuk dirimu sendiri. 

7 Years Old


Maafkan aku mengambil fotomu diam diam. Dari cafe yang dingin oleh AC terdengar samar-samar lagu ini:

7 Years-Lucas Graham

Once I was seven years old my momma told me
Go make yourself some friends or you'll be lonely
Once I was seven years old
It was a big big world, but we thought we were bigger
Pushing each other to the limits, we were learning quicker
By eleven smoking herb and drinking burning liquor
Never rich so we were out to make that steady figure
Once I was eleven years old my daddy told me
Go get yourself a wife or you'll be lonely
Once I was eleven years old
I always had that dream like my daddy before me
So I started writing songs, I started writing stories
Something about that glory just always seemed to bore me
'Cause only those I really love will ever really know me

Seperti sangat cocok mengiringi kebersamaan mereka.

Gadis kecil bermain catur bersama ayahnya. 
Lihat dirimu. Cantik. Masih menggunakan seragam merah putih. Usiamu tak lebih dari tujuh tahun. Tapi etah. Terasa seperti itu Menurutku. Kau dan ayahmu bermain catur. Kemana ibumu? Apakah Tengah menghela nafas sejenak sepertiku. Ayahmu tampak sibuk dengan smartphonenya sementara kamu sibuk berteriak , ‘yee aku menang’ padahal kamu bermain sendiri. Kamu tampak sangat berani.. Menghampiri mbak-mbak pelayan cafĂ© dan membayarkan bill nya. Kamu berani duduk di meja depan bar. Pasti kamu orang yang suka memperhatikan suatu proses atau suka bicara. Haha. 

Hai gadis kecil, ketahuilah. Masa masa terindah sebagai anak kecil tengah kau lalui. Jangan cepat dewasa. Dewasa lebih rumit dari kelihatannya. Bagaimana rasanya kopi sayang? Kulihat kau mencobanya dari gelas ayahmu. 
Aku jadi ingat dia yang kecil-anakku.
Dan dia yang sibuk bekerja untuk aku dan anak kecil itu. 

Akankah suatu hari nanti kalian akan keluar berdua seperti ini. Menghabiskan waktu untuk berdua pergi ke kedai kopi. Entah saat itu aku dimana. Semoga tengah sibuk menyelesaikan dateline buku buku atau sibuk bermain trading. Ah semoga.

Gadis kecil dan ayahnya, selamat siang. Jadilah anak yang baik nak.. Ayahmu pasti tak rela lelaki manapun meremukkan hatimu..

Senin, 03 September 2018

Setengah enam pagi

Sepiku dimulai sepagi ini . Betul. Setengah enam pagi. Belum ada air yang melewati tenggorokkanku, dan..kesepian seperti sudah memasuki jam tayang bagai pertunjukan bioskop yang telah dimulai. Aku tak tahu apa yang ingin kulakukan. Tak ada. Hidupku berteman dengan hampa hampa yang menyelimuti. Pagi. Setengah enamku tanpa tujuan. Tak bisa pergi kemanapun. Aku seperti terpenjara. Kenapa? Ah sudahlah lain kali kuceretikan padamu. Yang jelas aku harus menghadapi kesepian yang mengerikan. Lebih mengerikan dari film horor sekalipun.
 

Itu. Itu pemandanganpagiku yang kosong. Bangunan rumah yang belum jadi dihiasi langit pagi yang kesepian. 
Masih terasa sepi. Sepi yang aku sendiri tak tahu kapan bisa berakhir. Tidak setiap hari aku berbicara dengan orang lain. Mengerikan. Kebosanan yang tak bisa aku ungkapkan. Kesepian yang menakutkan sekaligus menyakitkan. Entahlah, Orang bilang hidup seperti roda. Semoga kesepian ini juga seperti roda. Semoga nanti nanti hidupku ramai. Dikelilingi orang oramg yang menyenangkan. Semoga nanti nanti tujuanku ada. Bukan menjalani hampa yang menyedihkan setiap hari.