Minggu, 07 Oktober 2012

MALANG JAKARTA IN LOVE

  

Apa bisa hubungan dijalani seperti ini? tidak saling bertemu dan berjauh-jauhan. Berkata saling memelihara hati. Saling percaya meskipun pasti saling berdusta. Saling mengkhianati satu sama lain dan lama lama berkhianat menjadi biasa. Ayolah, jangan munafik. Saat kekasihmu berada pada jarak berpuluh-puluh kilo meter darimu pasti ada sedikit rasa pudar di hatimu. Rasa berkhianat yang kian hari kian mengusik.  Memposisikan kehadiran sebagai masalah. Masalah yang semakin sulit terpecahkan bila sudah semakin sempit waktu luang untuk bertemu.
Aku-kamu.
Malang-Jakarta.
**
     Ingat pertama kali kita bertemu? Ingat aku gadis tomboy yang manis? Ingat mobil avanza putihmu yang pertama kali kau pakai untuk menjemputku? Ingat kaos oblong hitam besar yang kugenakan? Ingat sepatu confers hitam-biru yang melekat di kakiku. Ingat gelang yang bertuliskan nama salah satu distro yang terkenal di kotaku? Iya disini. Dimana lagi? Di Malang. Kota kecil tempat aku dan kamu tumbuh tetapi tidak pernah saling bertemu. Kecuali saat ini. pukul 17.30 tepat. Awal bulan puasa.
Sudah lama sekali rasanya.
‘Perkenalkan namaku Ica, kamu?’
‘Bayu’
**
            Kita makan bersama bukan? Ini pertama kali buka puasa dalam tahun ini. Anehnya baik aku dan kamu tak ingin menikmatinya di rumah masing-masing. Rumah adalah tempat untuk saling mengingat anggota-anggota keluarga.
               “keluarga?” kau mulai menertawakanku.
               “Kenapa? Ada yang salah?”
               “Tidak”
**
               “Siapa kau?”
               “Aku laki-laki”
               “Iya , aku tahu. Tapi laki-laki seperti apa?”
Kau tersenyum.
               “Tanpa terlalu banyak bertanya kau akan tahu siapa aku jika kau bersamaku”
**
Kita bersama.
Saling bercerita. Membagi kisah masa lalu yang tidak kalah jumlahnya.
               “Aku sudah puas merasakan sakit,” Kataku.
               “Sekarang ada aku disini. Maka aku usahakan agar kau tak lagi merasakannya,”
Kau memelukku.
Hening.
**
               Apa lagi yang pernah kita lewati? Kau ingat tempat-tempat makan yang biasa kita kunjungi? Banyak sekali. Hampir semua tempat makan di kotaku sudah aku kunjungi bersamamu. Kau suka makan. Itu yang membuat berat badanku naik beberapa kilo belakangan.
               Kau suka apa lagi? Kau suka hidup santai? Sama. Kau suka hidup tenang? Sama. Kau suka menjamah perempuan-perempuan sesukamu? Untuk yang ini aku berusaha tersenyum. Menarik residu nafas lebih dalam lagi. Dan kukatakan padamu,
               “Maaf, aku memang bukan gadis-gadis yang seperti itu. Yang mudah kau jamah sesukamu. Tapi percayalah, aku bisa mencintaimu dengan caraku.”
Kadang terjadi kebingungan yang kalut saat aku berusaha menilaimu. Kau laki-laki dengan banyak sisi. Busuk di satu sisi. Tapi istimewa di sisi lain. Aku tersanjung dengan caramu menjaga keluargamu. Menjaga adik perempuan dan Ibumu. Kau melakukannya lebih dari kau menjaga nyawamu. Jujur, aku juga ingin kau jaga seperti itu. Sanggupkah? 
**
               Sebenarnya hubungan seperti apa yang kau harapkan? Hubungan yang mencari kesenangan sesaat kemudian saling pergi meninggalkan? Atau hubungan yang berjalan begitu saja tanpa tahu arahnya? Yang dijalani lebih dari hitungan hari yang tak dapat dijangkau oleh kumpulan jari-jariku dan kamu? Kau memilih pilihan kedua. Baiklah. Hubungan yang seperti itu.
               “Sampai kapan?” tanyaku.
               “Sampai maut memisahkan,” jawabmu
Jawaban konyol yang berarti kau sendiri tak tahu.
**
               Ingat saat kau marah padaku?  ingat saat kau mulai membentak-bentak di telefon? Ingat saat kau mulai bersikap luar biasa dingin? Ingat saat kita berpisah dalam hitungan 24 jam hingga 48 jam kau akan datang menemuiku dan kita akan kembali bersama. Ingat saat kau mengatakan jika kau sangat menyayangiku? Apakah ini bagian dari permainanmu yang sudah sangat mahir berurusan dengan wanita berjenis apapun?
**
            Ingat boneka sapi yang kau berikan padaku saat kau akan pergi ke kota bernama Jakarta? Kau bilang padaku jika dia yang akan menemaniku saat kau tak ada disini. Dalam benakku berpikir, sudah berapa boneka yang kau berikan pada perempuan-perempuan lain sebelum aku? Boneka ini, pasti tak ada artinya sama sekali untukmu. Tapi tak apa. Aku selalu menerimamu dengan segala kekurangan yang kau miliki. Aku tak pernah mempermasalahkan masa lalumu. Itu aku.
**
            Ingat kumpulan awan yang mulai berantakan? Ingat tetes hujan yang tiba-tiba mulai memerciki kotaku? Ingat kita yang sudah berada pada jarak ratusan kilo lebih? Ingat kita yang semakin berjauhan? Ingat jika akhirnya kau harus melepaskan aku? Karena kita tak sanggup bertahan saling menjaga hati pada jarak ratusan kilo meter lebih? Bukan. Tapi karena sesuatu yang lain terjadi padaku. Dua hari setelah kepergianmu sebuah mobil kehilangan kendali menabrakku yang sedang menyebrang di jalan raya. Tubuhku sempat kritis dan akhirnya aku tak dapat tertolong. Aku tak sempat mengucapkan selamat tinggal padamu. Aku tak akan pernah sempat lagi menelfon atau mengirimkan pesan padamu yang  berada pada jarak ratusan kilo meter dariku untuk berkata aku sangat mencintaimu.

Kuakhiri kisahku disini,
Dalam  tetes hujan dan bau tanah basah.
5 oktober 2012
Seseorang yang mencintaimu dari jauh.

1 komentar: