Rabu, 19 April 2017

Kopi Ketjil

Kali ini bukan tentang rasa tapi tentang kata.
Kali ini bukan tentang siapa namun tentang bicara.
Hujan menyerah pada gumpalan awan gelap hingga ia meneteskan air pada bumi. 
Awan gelap bukan tentang malam tapi tentang mendung.
Jogja diguyur hujan, semula deras, tapi menjelang gelap hanya rintik yang disiakan.
Menelisik jalan jalan riuh kota Jogja, bersama penulis kehilangan kata,
Seperti pelukis kehilangan kuas,
Seperti pemahat kehilangan pisau.
Sembilanbelas April duaributujuhbelas.

Ah apa saja, 
Kau lihat perempuan yang biasanya terdiam dan terlalu banyak berkata iya. 
Kau lihat kehangatan di kota Jogja yang sedikit membeku karena hujan yang syahdu.
Lalu dua orang baik hati untuk bicara malam ini.
Lalu sudut minoritas yang lebih baik dari keriuhan popularitas biasanya. Jati diri.



Juga mantan barista yang tak suka kopi seperti biasanya. Sudut hangat kota Jogja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar