Apa
yang kau pikirkan tentangku? Aku berwarna putih? Tidak berpijak di tanah
sepertimu? Aku sanggup tertawa menyeramkan? Aku hidup di pohon-pohon besar? Aku
mati? Aku telah mati? Dan kau katakan padaku jika aku bagian dari arwah
penasaran orang orang yang meninggal tidak wajar. Yang tentu saja tidak
diterima tuhan. Sehingga aku dan sekian banyak makhluk yang sama sepertiku
masih berkeliaran di dunia. Di tempatmu. Kadang bersandar di pintu kamarmu.
Kadang bersembunyi dibawah ranjang tidurmu. Kadang menghuni kamar mandi. Atau
tempat-tempat yang minim cahaya. Bisa juga tempat-tempat yang tidak kau huni.
Percayalah padaku, aku ada. Disampingmu, sekarang. Aku mengintai dari bawah
ranjang tidurmu.
Mungkin
begini caranya agar kau mengerti keberadaanku. Agar kau mengerti jika aku ada
disini dan kedatanganmu kesini kuanggap seperti sahabatku. Ini kamar barumu.
Kau bebas melakukan apapun disini. Aku selalu melihatmu. Kadang aku ikut
bernyanyi saat kau bernyanyi. Kadang aku teridur disampingmu. Mungkin kau tak
sanggup melihatku, tapi percayalah, aku ada. Di sudut-sudut kamarmu. Didalam
lemari. Dibawah ranjang tidurmu. Tahukah kau jika aku bertahun tahun hidup
disini. Di ruang sembab yang kau sebut seram. Usiaku berapa? Kau pasti tak
menyangka jika aku lebih tua bertahun-tahun darimu. Tapi entah mengapa, aku
terperangkap dalam raga mungil yang berusia sepuluh tahun. Selamanya tetap
berusia sepuluh tahun.
Sebab hanya di dunia usia
seseorang dapat bertambah. Berbeda dengan disini.
Tapi entah mengapa kau sering
sekali pergi meninggalkan aku. Aku selalu menunggu kedatanganmu tapi kau sama
sekali tak ingin menjengukku. Kau lebih memilih bermain bersama kawan-kawanmu
daripada datang kesini untuk menemuiku. Aku bersedih. Aku menangis. diantara
selang waktu ketika aku menunggu kedatanganmu. Aku sering meminjam benda-benda
mungil seperti gelang dan pita-pita lucumu. Oleh karena itu jangan heran jika
kau akan sering kehilangan benda-benda mungilmu yang lucu itu. Sebab aku sangat
menyukainya.
Aku masih ingat saat aku berjalan
ke mimpimu. Aku berputar-putar disana bersama tiga kawanku. Aku memperlihatkan
wujudku padamu. Hanya melalui mimpi. Sebab hanya itu satu-satunya cara agar aku
dapat bertemu denganmu. Kau tidak merasa
takut pada awalnya. Kau anggap aku hanya mimpi. Padahal. Aku ada. Aku ada!
Seminggu terakhir kebersamaanku
denganmu aku merasa sangat sedih. Sebentar lagi kau akan meninggalkanku. Dan
tentu saja aku tak rela kehilangan sahabat sepertimu. Aku mencoba merayu agar
kau tidak meninggalkanku sendiri disini. Aku menyukai sahabat sepertimu.
Perempuan cantik, sama seperti yang mereka katakan tentangku.
Tapi sepertinya kau sangat keras
kepala. Kau bersikukuh untuk meninggalkanku. Baiklah, jika aku tak dapat
merayumu untuk tetap tinggal disini. Terpaksa aku akan memaksamu untuk tinggal.
Untuk tetap tinggal. Disini. Bersamaku, nona cantik.
Pertama-tama Aku mulai
mengacaukan pikiranmu. kubuat pikiranmu berantakan, kubuat kau meninggalkan
sesuatu yang sangat penting di kamarmu. Kubuat kau kembali. Lalu kubuat cuaca
benar-benar panas agar kau tak ingin keluar dari kamarmu yang entah mengapa
terasa lebih sejuk dari cuaca diluar. Aku berhasil. Kamu tak jadi pergi.
Lalu seorang temanmu menelfonmu.
Aku tak tahu dia siapa. Tapi aku tidak suka dia. Ia sangat tidak
berperasaan. Ia bilang padamu jika kau
harus secepatnya meninggalkan kamar itu. Dan itu sama artinya kau harus
secepatnya pula meninggalkan aku. Aku bersedih.
Kau ingin pergi. Lekas-lekas kau
memasukkan benda-benda berhargamu kedalam tas punggungmu. Kau sengaja tidak
membawa banyak baju agar tidak memberatkan pundakmu saat kau berada di jalan.
Tahukah kau? Saat itu aku menangis. kau sama sekali tidak memikirkan
perasaanku. Aku sahabatmu. Aku yang menemanimu setiap hari disini.
Aku sudah berusaha agar kau tidak
pergi. Kubuat langit benar-benar gelap dan hujan turun lebat. Tapi sepertinya,
kau lebih mempercayai apa yang dikatakan temanmu melalui telefon itu. Kau tetap
bersikeras meninggalkan kamar ini. Kamar kita, kamar yang kita huni berdua
sebulan belakangan.
Kau pergi di tengah hujan. Aku
mengintip dari jendela. Melihat ragamu yang basah kuyup oleh hujan.
Beberapa hari kemudian, banyak
orang yang memasuki kamarku. Apa yang mereka lakukan. Mereka membungkus
barang-barangmu dengan tas plastic merah yang besar. Tak lama mereka bekerja.
Seluruh barangmu terkemas rapi. Aku mencari kau ditengah kerumunan orang-orang
itu. Tapi aku tidak mendapati wajahmu. Kemana kau nona cantik?
Tak lama kemudian kau datang,
memastikan semua barang-barangmu sudah masuk kedalam tas-tas plastic itu. Memastikan
tidak ada yang tertinggal di kamarmu. Memastikan tidak ada lagi yang memaksamu
untuk kembali kesini, memastikan kau akan benar-benar meninggalkanku. Setelah
selesai. Semua barang-barang dalam tas plastic itu diangkut kedalam mobil untuk
dipindahkan ke tempat lain. Kau memandang sejenak kedalam kamar kosong itu,
kemudian berlalu pergi meninggalkannya.
Nona cantik,
Tahukah saat detik-detik terakhir kau melangkah keluar dari kamarmu,
Aku berusaha untuk memegangi kakimu.
Aku memohon agar kau tidak pergi.
Aku menangis.
Aku bersedih saat lagi-lagi seorang sahabat meninggalkanku.
Kau tidak menduga jika ada barang yang sengaja kusembunyikan di
dalam laci lemari. Aku sengaja membuatmu terlupa membereskannya. Sekarang kau
sudah ingat? Kau ingin mengambilnya? Kemarilah. Masuklah kembali kedalam kamar
lama mu. Kamar kita. Akan ku kunci rapat-rapat. Jangan bersuara! Tenanglah,
kelak akan ku ceritakan padamu rahasia hidup abadi. Kemarilah! Untuk gelang
merah muda di dalam laci.
bagus tulisannya
BalasHapusmakasi kak:DD
BalasHapus