Minggu, 30 Januari 2011

malaikat awan

Tatap mataku. Rasakan rasa sakitku. Aku takut selamanya hidup di negri awan. Segala sesuatunya terbentuk dari awan. Semua makanannya terbuat dari awan. Sementara ayah dan bundaku berada jauh dari awan.
Lihat bunda...
Aku janin mungil bunda yang kini tumbuh dewasa.
Tuhan tidak mengirimkanku kekasih hati disini.
Ia bilang, aku hanya boleh berbagi kasih dengan bunda dan ayah.
Ayah dan bunda..
lalu tuhan memberiku sepasang sayap putih.
Hanya saja sayap itu akan lenyap ketika aku turun ke dunia..
Lalu aku jatuh.
Dan mati.



Lihat ayah, lihat bunda.. aku selalu merindukanmu disini. Air mataku tak lagi mengalir seperti saat aku kecil. Aku lelah menangis merindukanmu. Hingga kini yang aku punya hanya senyum dan senyum. Senyum palsu. Senyum dusta. Ohh maafkan bunda, aku terlalu lemah untuk berdiri disini jika aku terus merindukanmu dan menangis.
Suatu ketika, peri awan datang padaku. Ia datang dengan hadiah. Aku gembira. Barang siapa tak gembira bila di jumpainya wanita cantik yang datang padanya dengan membawa hadiah. Peri awan membelaiku,
“ini untukmu..”
“apa ini?”
“baju putih yang dijahitkan Bunda untukmu..”
“Bunda mengingatku?”
“yaa.. tentu. “
“bagaimana keadaanya? Dia bahagia?”
“iya, dia bahagia. Dengan ayahmu.. “
“dengan ayahku? Lalu apakah mereka memiliki anak?”
“iya mereka punya,”
“siapa namanya”
“sama seperti namamu, Anna”
“tentulah dia cantik dan bahagia.. “
Nada bicaraku merendah. Hai sayang, dua kekasihku yang ada di dunia, ayah dan bunda... aku mencintai kalian. Lebih dari apapun. Aku bahagia mendengar kalian bahagia disana. Kalian memiliki seorang gadis disana. Bernama sama sepertiku, Anna. Lalu apa yang aku rasakan selanjutnya, ayah bunda.. aku cemburu. Harusnya aku ada disana bukan? Bersama ayah, bunda, dan Anna adikku. Harusnya bunda tidak memaksaku pergi terlalu cepat. Andai ayah dan bunda telah dewasa ketika aku hadir diantara kalian. Pastilah aku bernasib sama seperti adikku. Disayangi dan dicintai. Memiliki keluarga. Dapat merasakan jauh cinta, pada kelian berdua. Pada pangeranku, yang mungkin tuhan kirimkan di dunia.
Tapi apa daya. Aku mati. Aku raib. Jauh sebelum aku dapat membuka mata. Waktu itu kandungan bunda berusia tiga bulan sepuluh hari bukan? Ya aku ingat. Peri awan yang selalu menceritakannya padaku. Peri awan berkata, saat awal aku ditemukan, aku terlalu lemah untuk menhirup udara. Lalu disusupkannya aku kedalam rahimnya, dan enam bulan kemudian aku terlahir.
Lalu tujuh belas taun kemudian. Aku dewasa. Aku menerima hadiah yang bunda kirimkan dari dunia,
Hai bunda, hai ayah... aku tak pernah membenci. Aku mencintai kalian lebih dari apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar