Sabtu, 06 April 2013

MANTAN (satu)



Aku telah sampai di persimpangan jalan.
Dimana akan kubuat keputusan yang mempengaruhi hidupku selanjutnya.
Akankah aku tumbuh dewasa dan menjadi lebih baik denganmu.
Ataukah aku kembali pada jalan kita semula?
Apapun keputusanku. Aku harap kau tetap berada di situ.
Sebagai bagian dari masa lalu.
Serta sebagai akhir dari kisahku.
Akhir akhir.
Semoga tak akan ada luka seperti yang menemani akhir.
Semoga.

***

                Selamat datang masa lalu. Selamat masuk kedalam hidupku lagi. Apa kabarmu? Kuharap kau selalu baik-baik saja. Masih ingat siapa aku? Aku memori yang melepaskan dirinya darimu. Aku orang yang selalu takut. Takut pada apa saja. Pada orang-orang asing terutama. Orang-orang yang tak menyukaiku kurasa. Aku selalu takut jika seorang diri berada dalam keramaian. Sangat berbeda sekali denganmu. Orang yang tak pernah takut. Orang yang tak pernah sendiri. Orang yang sangat menyenangkan kurasa. Aku bersyukur kau ada disini. Denganku. Karena jika bersamamu aku tak pernah merasa takut sedikitpun. Aku merasa aman. 
                Aku tak ingin mengingat apapun tentangmu di masa lalu. Terlalu remuk kurasa. Aku ingin menelan masa lalu kita bulat-bulat. Menghabiskannya tanpa menyisakan sebutir kisah pun tentang aku. Tentang kamu.
                “Bisa berhenti membicarakan masa lalu?”
Itu kata-kata yang selalu kau ucap saat aku kembali membicarakan memori-memori lama kita.
                Selama tak bersamamu aku sering mempelajari rintik hujan yang jatuh ke bumi. Tanpa kusangka setiap rintik memiliki bunyi yang berbeda. Seperti rintik dari langit yang hanya sedikit tertutup awan, atau rintik saat langit begitu penuh dengan gumpalan awan gelap. Aku juga mencoba berjalan di bawah hujan. Mencoba mencari ketenangan dalam celahnya. Terkadang rintik hujan terasa lembut menyentuh kulitku. Tapi di saat yang lain entah mengapa menjadi terlalu tajam. Benar-benar tajam. Aku sering menahan tangis di bawah hujan. Entah mengapa hujan selalu bisa membawa seseorang terhanyut kedalam memori. 
 
Memori yang mana?
Memori yang terletak di bagian terdalam hati.
Memori yang sesungguhnya tak pernah beranjak selangkahpun dari hatiku.
Masih tentangmu sayang, masih tentangmu.
Seseorang yang hidup di masa lalu.
Seseorang yang pernah menguasai hati dan pikiranku.
Mantan.

Air mata yang kutahan ternyata meluap dari balik mataku. Semula sengaja kusembunyikan air mata itu. Aku tak ingin seorangpun melihatku dalam kondisi selemah ini. Kecuali kamu. Kamu yang dapat memahamiku hanya dari tatapan mataku.
                Segala sesuatunya dapat kau mengerti tanpa terlalu banyak aku berkata padamu.
***
                Aku mencintaimu? Tentu saja. Dan aku yakin tetap aku yang berada didasar lubuk hatimu. Meski mungkin kau tak pernah mengatakan apapun padaku. Tak pernah terlalu banyak berkata tentang apa yang kau rasakan padaku. Tapi tahukah kau? Aku juga memiliki kemampuan yang baik dalam membaca hatimu yang tampak rumit dan tak pernah memiliki kejelasan itu. Aku sering bicara denganmu dalam diam. Dalam kata yang tak pernah kita ucapkan satu sama lain.
                Lalu apa yang membuatku dan kamu terpisah begitu jauh dan begitu lama? Mungkin tak banyak orang mengerti tentang apa yang pernah kita jalani. Mungkin hanya akan mengundang tawa mereka. Bagaimana bisa dua orang yang seperti bumi dan langit saling jatuh cinta. Saling memiliki hati yang meluap satu sama lain. Sekian dalam kurasa. Serta begitu banyak kebetulan yang terjadi padaku dan padamu. Termasuk pertemuan kita. Kebetulan? Ah tidak juga. Aku rasa ini adalah takdir yang digariskan padamu dan padaku. Karena segala sesuatunya tak pernah benar-benar selesai.
                “Kau masih menyayangiku?” Tanyaku.
                “Tentu saja” Jawabmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar