Rabu, 14 Februari 2018

DESTA 2011 (Sesuatu Yang Belum Diceritakan)

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada suamiku Desta dan seseorang disana bernama Nana yang kini sudah sama sama berkeluarga. Nana menikah dengan Rasya. Sementara Desta adalah suamiku.

Hidup ini untuk bercerita. 

|Satu|
Teman baik Desta

Perkenalkan namaku Kirana. Ini tahun 2017 dan usiaku genap 23 tahun di bulan April lalu. Tahun ini aku menikah dengan laki-laki pilihan orang tuaku. Desta namanya. Entah apa yang membuat orang tuaku menikahkan aku cepat cepat begini. Mama dan Papa terlalu takut jika anaknya menjadi perawan tua. Terlebih, aku anak semata wayang. Padahal sejujurnya cita-citaku masih tinggi, sekolahku belum selesai tapi aku sudah bekerja. aku masih ingin bermain-main bersama teman-teman. Aku belum pernah ke Bromo sekalipun. Begitulah, terlebih lagi pekerjaanku sangat menyita waktu. Aku bekerja di sebuah pabrik rokok termama di kotaku. Tentu saja bukan bagian merokok, aku bekerja di bagian Auditor. Kerjaku mencacati pekerjaan rekan-rekan kerjaku yang lain. Menyebalkan. Mencari kesalahan orang lain. Sesungguhnya aku tidak terlalu suka dengan hal itu.

Berlanjut ke Desta. Laki-laki yang akan menikahiku di bulan September kelak. Sebenarnya aku sudah mengenalnya cukup lama. Dua tahun lalu.. Tapi tak pernah terbersit ingin menikah dengannya. Jujur saja kami teman yang baik. Aktifitas kami sebelum menikah selama dua tahun itu hanya nonton-makan-curhat. Sudah itu saja. Tak ada sesi genggaman tangan atau apapun seperti kawula muda berpacaran lainnya. Sekedar informasi, Desta memiliki beberapa mantan pacar yang aku tahu, karena dia menceritakannya satu satu. Entah apa tujuannya. Sebagai pendengar yang baik, karena dia bercerita sembari mentraktirku coklat kesukaaan yaaa mau tak mau aku harus mendengarkan. Dan agar terlihat sedikit nyambung, mau tak mau aku harus mencerna kata-katanya tentang siapa siapa saja yang ada dalam ceritanya. Jadi kamu tahu kan kenapa aku tak pernah berpikir akan menikah dengan Desta? Aku sudah bosan mendengar cerita tentang wanita wanitanya. 

Desta memang bekerja di perusahaan yang cukup bergengsi menurutku sekarang. Kenapa dulu tidak? Karena kebutuhan tidak banyak seperti saat ini. Tidak memikirkan beli rumah-box bayi-stroller-sembako-menabung. Dan karena aku tidak bergantung pada Desta. Urusan asuransi kesehatan-biaya makan-biaya hidup. (Karena saat ini aku sudah keluar dari tempatku bekerja, belum menemukan pekerjaan lain dan sibuk mengikuti Desta kemana saja) Saat itu hubunganku dan Desta hanyalah sebatas coklat gratis dan sesi curhat. Sudah itu saja.

Desta tak cukup baik menurutku. Ketika mengajakku jalan, dia tak hanya jalan denganku. Bahkan temannya sendiri yang memperlihatkan fotonya padaku. Ketika Desta mengajak seorang perempuan yang di gadang-gadangkannya sebagai calon istri. Entah dari mana temannya dapat foto itu. Tapi aku yakin Desta sendiri yang menceritakannya kepada Agung (nama teman Desta). Aku tidak cemburu. Itulah sebabnya aku bersikap biasa saja pada Desta. Karena awalnya kukira memang dia tak mau denganku, tidak naksir aku juga, aku juga ngga naksir dia, dia punya gadis yang disebut calon istri, aku masih sangat kecil, ah.. Tapi entahlah. Namanya jodoh akhirnya menikah.

Tapi lain hari kudengar Desta bersedih. Katanya tak jadi menikah dengan perempuan bernama Anis itu. Kata Desta, ternyata Anis sudah memiliki pacar. Orang tua Anis juga tidak terlalu menyukai Desta. Pacarnya sama seperti Desta. Suka mobil jeep yang dia bangga-banggakan selalu. Aku tak tahu apa bagusnya. Hehe. Bagiku mobil bagus adalah mobil yang bersih dan dingin. Aku tak perduli sebesar apa ban nya. Karena kurasa jalan di Indonesia sudah cukup beraspal. Jadi cukup dengan ban biasa saja sudah dapat berjalan dengan baik. Menurutku sih.. 

Lanjut lagi cerita tentang Anis, singkat cerita dia meninggalkan Desta dan memilih laki-laki bernama Cahyo yang ternyata sudah dipacarinya sejak lama.

Aku masih ingat sore itu, percakapan teman baik di Monopoli Cafe yang sekarang sudah jadi tempat cuci mobil. 

Wajah Desta ditekuk, setelah berkeluh kesah patah hatinya. Dengan jahatnya aku tertawa.

"Hahaha yaudah lah mas.. Namanya ngga jodoh.. Ya mau gimana lagi.."

Desta masih tampak sedih, lalu aku tepuk tepuk pundaknya. Tanda simpati.

"Mana sih anaknya? Lihat.." kataku.

Tak lama Desta mengeluarkan hpnya dan menunjukkan facebook perempuan bernama Anis itu..

"oh...ini.. Manis ya anaknya..tapi ya gak cantik cantik banget" kataku jujur. 

"Aku tuh sebelnya kenapa dia gak bilang dari awal kalau bapaknya nggak suka sama aku?.. Kenapa ngga bilang dari awal kalau dia sudah punya pacar.."

Aku berpikir sejenak.

"Ya ngga tau mas.. Mungkin kamu nggak tanya.. Tapi kok kamu segitunya amat sakit atinya?".. 

Desta masih tampak gundah gulana tak menjawab.

"Ya nanti cari yang lain.. Kan banyak yang cantik dan mau sm kamu, kan kamu udah siap nikah.." Hiburku.

Desta tetap gundah.

"Kayaknya kamu itu memang cuma mau sama apa yang kamu pingin,, jadi kalo nggak yang bener-bener kamu pingin mau secantik apapun kamu juga biasa aja..."

Desta mengerutkan alisnya.

"Udah ah, malu sama brewok kalau galau" kataku sambil menunjuk brewok di wajah Desta.

Desta tersenyum sedikit.

Lalu setelah itu kutahu Desta mendekati perempuan perempuan lain. Dan secara menakjubkan dia selalu menceritakannya padaku. 
***

Benar. Kurasa Desta adalah laki-laki yang tak cukup baik.
Ada lagi cerita tentang perempuan yang memiliki panggilan yang sama sepertiku. 
"Nana.." nama lengkapnya Priza Marina.

Tak terlalu ambil pusing dengan nama yang sama sepertiku karena aku hanya temannya, 

Tapi tahukah? Ini sudah tiga tahun sejak pertemuanku dengannya. Sejak patah hati patah hati yang dia ceritakan. Tahukah? Dia tak pernah memanggilku dengan nama yang sama sepertimu. Padahal itu juga namaku. Tak perduli semua teman-teman kuliahku, teman-teman kerjaku mengenalku dengan nama itu. Tak perduli aku suka dengan nama itu. Dia tak perduli, lebih baik dia panggil "Sayang" atau "Mama" sekarang. Bahkan, dia memperkenalkan aku pada keluarganya juga menggunakan nama Kirana. Dan berlanjut semua keluarganya memanggilku begitu. Sempat kutanya, kenapa tak pernah bisa memanggilku Nana? "Karena itu nama pemberian orang tuaku" begitu jawabnya. 

Sebagai teman baik yang memiliki kemampuan mendengar berjam-jam. Aku tetap tak begitu paham dengan sakit hati yang pernah Desta rasakan kepada Nana. Seperti laki-laki pada umumnya, pandai menyembunyikan luka-atau tak pandai bercerita karena ditelan gengsi. Awalnya aku tak tahu jika sakit hatinya yang dulu itu sudah menelan bulat bulat kepribadiannya.

Tidak. Kau tak perlu bercerita tentang sakit hatimu. Aku tahu apa yang merubahmu. Aku tahu bagaimana kau pernah terluka tanpa pernah kau ucap sekalipun. Aku tahu. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar