Tik tok tik tok
Detik dimulai,
Mendekatlah
Sophia. Tatap mataku. Rasakan kesendirianku. Lihat. Aku begitu kosong tanpamu.
Jauh dan lunglai tanpa pelukanmu. Mendekatlah Sophia. Peluk aku. Aku saja
jangan yang lain. Aku takut kehilanganmu Sophia. Aku takut jika aku kembali
merasakan kekosongan yang menyakitkan.
Tiiikk…Toookk..Toook
Detik melambat.
Kau tak mau menatapku. Hatiku terasa remuk tak berdaya. Waktu seolah terhenti.
Hanyut dan larut dalam kesedihanku.
“Sophiaa! Tatap mataku!” Aku
membentak.
Tapi kau. Kau
tetap dengan mata kosongmu itu. Mata kosong yang aku benci. Mata yang
didalamnya tak ada sosok diriku lagi. Sophia! Kemana dirimu? Kemana dirimu yang
DULU.
Tii…iiikk…Too okkk
Detik semakin
kehilangan irama indahnya. Sophia kini merengkuh. Lunglai. Matanya kosong.
Bibirnya menggigil. Sophia Takut? Tidak. Sebenarnya aku merasa sangat marah
karena Sophia tak lagi mau menatapku. Tapi melihat Sophia seperti ini, hatiku
runtuh.
“So..phiaa..” aku mencoba mengejah namanya.
Kuharap ia akan
menatapku kali ini. Tapi tidak. Aku salah. Sophia tetap membisu dan air mataku
mulai mencair.
Tik Tik Tik Tik Tik..
Detik seperti
berjalan mundur. Aku terseret ke memori dulu. Ketika aku dan Sophia tertawa
lepas mengitari jalan berkelok.
“Aku suka tantangan” Kata Sophia.
Aku hanya
tersenyum. Lalu Sophia menarik tanganku.
“Mari ikut denganku..” Ajak Sophia.
“Baiklah. Tapi, aku takut..”
Jawabku.
“Jangan takut. Aku yang akan
memelukmu jika sesuatu menakutimu.”
Aku tersenyum.
“Kau berjanji Sophia?”
“Tentu”
Tiik Tookk Tiiikk Tok tok
Sophia. Sophia.
Sophia. Nama yang indah bukan? Aku mencintaimu Sophia. Aku akan memberikan
segalanya padamu asal kau tetap bersamaku. Asal kau tak menoleh pada yang lain.
Asal kau tetap bersamaku SELAMANYA.
Maafkan aku Sophia. Aku egois. Aku
tak sanggup membagimu dengan yang lain. Aku takut membayangkan api cemburu yang
akan melahapku hidup-hidup.
Tiii…..iiikk Tooo…ookk
Kini detik menyisakan waktu untuk aku merasa sedih. Kali ini hatiku benar-benar runtuh. Ketakutanku menjadi. Api cemburu
itu benar-benar melahapku hidup-hidup. Ada
lelaki yang akan meletakkan hatinya di hati Sophia. Padahal aku tak sanggup
membagi Sophia dengan yang lain. Tapi jika aku dan Sophia bersama, aku yakin
orang tua Sophia tak akan pernah bisa mengerti. Aku dan Sophia tak mungkin
bersama.
“Pergilah Sophia. Menikahlah dengan
lelaki itu. Kelak kau akan memiliki anak-anak yang lucu. Dan jika salah satunya
perempuan. Tentu ia akan secantik kau Sophia..”
Sophia
memelukku. Membiarkan air mataku menganak sungai di bahunya.
Tik Tok Tik Tok Tik Tok Tik Tok
Detik melangkah
penuh ketakutan. Hari ini pernikahan Sophia. Aku mengumpulkan seluruh tenaga
untuk berdiri di hadapan Sophia. Aku ingin melihat Sophia tercantik dalam
hidupku. Sophia yang menggenakan gaun pengantin. Sophia yang lebih cantik dari
malaikat..
Waktu yang dinanti tiba. Perempuan cantik itu
keluar dari peraduannya. Kecantikannya menebar ke segala arah. Semua mata
memandangnya. Semua terpukau. Mereka
bahagia. Sementara aku merasa sedih. Bukan hanya aku saja. Sophia juga merasa sedih.
Tak lama kemudian, lelaki itu bersanding dengan Sophia. Seperti raja
dan ratu. Aku berusaha
tersenyum. Tapi aku gagal. Air mataku meluber kemana mana. Beberapa orang disampingku menyadarinya. Aku
ingin lari dan membawa Sophia pergi jauh dari tempat ini.Tapi itu tidak
mungkin.
Sophia sayang, tahukah kau jika hatiku remuk
ketika kau bersanding dengan lelaki itu? Aku seperti kehilangan nyawa. Aku
kehilangan dirimu Sophia. Karena kau lah nyawa di dalam jiwaku.
Tikkk.. Hanya Tikk...
Detik kehilangan kesempurnaanya. Bunyinya hanya “tik” tanpa “tok”. Seperti
aku tanpa Sophia.
Sophia. Sophia. Sophia. Semoga kau bahagia.
Dimanapun kau berada nanti, bersama siapapun. Aku harap kau dapat selalu
tersenyum dan bahagia. Ini berat Sophia. Melihatmu menikah sama seperti melihat
seseorang merobek jantungku. Kemudian darah mengucur deras. Dan setiap tetesnya
menangisi kepergianmu.
Aku tak ingin lagi berada disini. Aku lelah
bermuka seolah semua baik-baik saja. Aku ingin menangis. Aku ingin menjatuhkan
puluhan butiran asin di pipiku.
Aku beranjak dari gedung pernikahanmu Sophia. Kuharap
kau tak melihat ketika aku meninggalkan tempat itu. Aku hanya ingin sendiri.
Menyusuri jalan, yang selanjutnya akan terasa sepi tanpa kehadiranmu.
Aku terus melangkah gontai hingga ke persimpangan
jalan raya. Aku ringkih Sophia. Aku membutuhkan pelukanmu sekarang. Tapi aku
tahu, kau tak akan pernah memelukku lagi. Aku tetap melangkah namun sesuatu
menghantamku dengan sangat keras. Sebuah truk bermuatan material menghantam
tubuhku. Menimbulkan suara denyit rem yang diikuti dengan dentuman keras.
Membuat tubuhku yang ringkih terpental cukup jauh. Kepalaku membentur aspal
dengan sangat keras. Aku kehilangan nyawaku Sophia. Kemudian semua tamu pernikahanmu
menatap ke arahku. Ada yang berlari menuju ragaku yang tergeletak di sisi
jalan. Namun ada pula yang hanya terpaku di tempatnya. Sementara matamu
menjelajah ke segala arah. Aku tahu apa yang kau cari. Kau mencariku Sophia?
Raut cantikmu mulai panik ketika kau tak menjumpai wajahku di sudut manapun.
Kau berlari. Menembus kerumunan orang-orang yang ada di hadapanmu. Kau
menghampiri jasadku. Bibirmu bergetar. Dan ketika seseorang mencoba membuka
koran yang menutupi kepalaku. Kau menemukan wajah yang kau cari Sophia. Jasad
Itu aku. Kekasih yang selamanya hidup di hatimu.
Tok.. Tanpa Tik
Apa kabar Sophia? Masihkah kau menyimpan kenanganmu bersamaku di hatimu?
Masihkah kau menyimpan tawa seperti saat kita melalui jalan berliku? Tuhan baru
saja menceritakan aku tentang kematianku. Aku merasa takut. Tapi tuhan bilang,
semuanya telah berlalu. Tuhan juga mengatakan padaku, jika kau bukan tak mau
menatapku. Tapi kau tak mampu.
Ketika aku tak lagi ada di
sampingmu,
kau akan tahu. Betapa aku
mencintaimu.
Cinta yang tak pernah takhluk dengan
keadaan.
Cinta yang selamanya ada di hatimu
dan hatiku.
Clara. Sophia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar