Senin, 28 Mei 2018

TIK tanpa TOK



Tik tok tik tok

Detik dimulai,
Mendekatlah Sophia. Tatap mataku. Rasakan kesendirianku. Lihat. Aku begitu kosong tanpamu. Jauh dan lunglai tanpa pelukanmu. Mendekatlah Sophia. Peluk aku. Aku saja jangan yang lain. Aku takut kehilanganmu Sophia. Aku takut jika aku kembali merasakan kekosongan yang menyakitkan.

Tiiikk…Toookk..Toook

Detik melambat. Kau tak mau menatapku. Hatiku terasa remuk tak berdaya. Waktu seolah terhenti. Hanyut dan larut dalam kesedihanku.
            “Sophiaa! Tatap mataku!” Aku membentak.
Tapi kau. Kau tetap dengan mata kosongmu itu. Mata kosong yang aku benci. Mata yang didalamnya tak ada sosok diriku lagi. Sophia! Kemana dirimu? Kemana dirimu yang DULU.

Tii…iiikk…Too okkk

Detik semakin kehilangan irama indahnya. Sophia kini merengkuh. Lunglai. Matanya kosong. Bibirnya menggigil. Sophia Takut? Tidak. Sebenarnya aku merasa sangat marah karena Sophia tak lagi mau menatapku. Tapi melihat Sophia seperti ini, hatiku runtuh.
“So..phiaa..” aku mencoba mengejah namanya.
Kuharap ia akan menatapku kali ini. Tapi tidak. Aku salah. Sophia tetap membisu dan air mataku mulai mencair.

Tik Tik Tik Tik Tik..

Detik seperti berjalan mundur. Aku terseret ke memori dulu. Ketika aku dan Sophia tertawa lepas mengitari jalan berkelok.
            “Aku suka tantangan” Kata Sophia.
Aku hanya tersenyum. Lalu Sophia menarik tanganku.
            “Mari ikut denganku..” Ajak Sophia.
            “Baiklah. Tapi, aku takut..” Jawabku.
            “Jangan takut. Aku yang akan memelukmu jika sesuatu menakutimu.”
Aku tersenyum.
            “Kau berjanji Sophia?”
            “Tentu”

Tiik Tookk Tiiikk Tok tok

Sophia. Sophia. Sophia. Nama yang indah bukan? Aku mencintaimu Sophia. Aku akan memberikan segalanya padamu asal kau tetap bersamaku. Asal kau tak menoleh pada yang lain. Asal kau tetap bersamaku SELAMANYA.
            Maafkan aku Sophia. Aku egois. Aku tak sanggup membagimu dengan yang lain. Aku takut membayangkan api cemburu yang akan melahapku hidup-hidup.

Tiii…..iiikk Tooo…ookk

Kini detik menyisakan waktu untuk aku merasa sedih. Kali ini hatiku benar-benar runtuh. Ketakutanku menjadi. Api cemburu itu benar-benar melahapku hidup-hidup. Ada lelaki yang akan meletakkan hatinya di hati Sophia. Padahal aku tak sanggup membagi Sophia dengan yang lain. Tapi jika aku dan Sophia bersama, aku yakin orang tua Sophia tak akan pernah bisa mengerti. Aku dan Sophia tak mungkin bersama.
            “Pergilah Sophia. Menikahlah dengan lelaki itu. Kelak kau akan memiliki anak-anak yang lucu. Dan jika salah satunya perempuan. Tentu ia akan secantik kau Sophia..”
Sophia memelukku. Membiarkan air mataku menganak sungai di bahunya.

Tik Tok Tik Tok Tik Tok Tik Tok

Detik melangkah penuh ketakutan. Hari ini pernikahan Sophia. Aku mengumpulkan seluruh tenaga untuk berdiri di hadapan Sophia. Aku ingin melihat Sophia tercantik dalam hidupku. Sophia yang menggenakan gaun pengantin. Sophia yang lebih cantik dari malaikat..
            Waktu yang dinanti tiba. Perempuan cantik itu keluar dari peraduannya. Kecantikannya menebar ke segala arah. Semua mata memandangnya. Semua terpukau. Mereka bahagia. Sementara aku merasa sedih. Bukan hanya aku saja. Sophia juga merasa sedih.
Tak lama kemudian, lelaki itu bersanding dengan Sophia. Seperti raja dan ratu. Aku berusaha tersenyum. Tapi aku gagal. Air mataku meluber kemana mana. Beberapa orang disampingku menyadarinya. Aku ingin lari dan membawa Sophia pergi jauh dari tempat ini.Tapi itu tidak mungkin.
Sophia sayang, tahukah kau jika hatiku remuk ketika kau bersanding dengan lelaki itu? Aku seperti kehilangan nyawa. Aku kehilangan dirimu Sophia. Karena kau lah nyawa di dalam jiwaku.

Tikkk.. Hanya Tikk...

Detik kehilangan kesempurnaanya. Bunyinya hanya “tik” tanpa “tok”. Seperti aku tanpa Sophia.
Sophia. Sophia. Sophia. Semoga kau bahagia. Dimanapun kau berada nanti, bersama siapapun. Aku harap kau dapat selalu tersenyum dan bahagia. Ini berat Sophia. Melihatmu menikah sama seperti melihat seseorang merobek jantungku. Kemudian darah mengucur deras. Dan setiap tetesnya menangisi kepergianmu.
Aku tak ingin lagi berada disini. Aku lelah bermuka seolah semua baik-baik saja. Aku ingin menangis. Aku ingin menjatuhkan puluhan butiran asin di pipiku.
Aku beranjak dari gedung pernikahanmu Sophia. Kuharap kau tak melihat ketika aku meninggalkan tempat itu. Aku hanya ingin sendiri. Menyusuri jalan, yang selanjutnya akan terasa sepi tanpa kehadiranmu.
Aku terus melangkah gontai hingga ke persimpangan jalan raya. Aku ringkih Sophia. Aku membutuhkan pelukanmu sekarang. Tapi aku tahu, kau tak akan pernah memelukku lagi. Aku tetap melangkah namun sesuatu menghantamku dengan sangat keras. Sebuah truk bermuatan material menghantam tubuhku. Menimbulkan suara denyit rem yang diikuti dengan dentuman keras. Membuat tubuhku yang ringkih terpental cukup jauh. Kepalaku membentur aspal dengan sangat keras. Aku kehilangan nyawaku Sophia. Kemudian semua tamu pernikahanmu menatap ke arahku. Ada yang berlari menuju ragaku yang tergeletak di sisi jalan. Namun ada pula yang hanya terpaku di tempatnya. Sementara matamu menjelajah ke segala arah. Aku tahu apa yang kau cari. Kau mencariku Sophia? Raut cantikmu mulai panik ketika kau tak menjumpai wajahku di sudut manapun. Kau berlari. Menembus kerumunan orang-orang yang ada di hadapanmu. Kau menghampiri jasadku. Bibirmu bergetar. Dan ketika seseorang mencoba membuka koran yang menutupi kepalaku. Kau menemukan wajah yang kau cari Sophia. Jasad Itu aku. Kekasih yang selamanya hidup di hatimu.

Tok.. Tanpa Tik
 
Apa kabar Sophia? Masihkah kau menyimpan kenanganmu bersamaku di hatimu? Masihkah kau menyimpan tawa seperti saat kita melalui jalan berliku? Tuhan baru saja menceritakan aku tentang kematianku. Aku merasa takut. Tapi tuhan bilang, semuanya telah berlalu. Tuhan juga mengatakan padaku, jika kau bukan tak mau menatapku. Tapi kau tak mampu.

Ketika aku tak lagi ada di sampingmu,
kau akan tahu. Betapa aku mencintaimu.
Cinta yang tak pernah takhluk dengan keadaan.
Cinta yang selamanya ada di hatimu dan hatiku.
Clara. Sophia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar